Home » Hari Kesehatan Mental

Hari Kesehatan Mental

by Tia
Published: Last Updated on

KABAREKONOMI.ID, Batam – Pada 10 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh yayasan Emotional Health For All (EHFA) menemukan bahwa tingkat bunuh diri di Indonesia mencapai empat kali lipat dari angka yang dilaporkan.

Dilansir pada laman resmi Asosiasi Pencegahan Bunuh Diri Indonesia (INASP), terdapat 670 jumlah kasus bunuh diri yang resmi dilaporkan. Selain itu, terdapat lebih dari 303 persen kasus bunuh diri yang tidak dilaporkan, data tersebut diperoleh berdasarkan perbandingan data kepolisian dan SRS.

“Berdasarkan penelitian terbaru, kami menemukan bahwa setidaknya kasus bunuh diri di Indonesia sejumlah empat kali lipat lebih tinggi dari angka yang dilaporkan,” sebut Presiden dan Pendiri EHFA, Sandersan Onie dalam seminar bertajuk ‘Jelang Deklarasi Relio-Mental Health Indonesia’ yang dilaksanakan secara daring, Senin (10/10/2022).

“Sedangkan, jumlah percobaan bunuh diri setidaknya tujuh kali lipat dari jumlah tersebut,” lanjut Sandersan.

Sandersan menyatakan, hingga saat ini Indonesia hanya memiliki sekitar 4.400 psikolog dan psikiater. Hal tersebut tidak cukup berimbang bila dibandingkan dengan jumlah keseluruhan penduduk di Indonesia. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya penanganan kesehatan mental yang kurang efektif.

Selain kurangnya tenaga psikologi klinis, stigma yang melekat di masyarakat juga menjadi faktor utama minimnya kesadaran masyarakat Indonesia terkait kesehatan mental. Salah satu stigma terkuat adalah dikaitkannya tingkat keimanan seseorang dengan masalah kesehatan mental yang dialami.

“Sulit sekali untuk mengubah persepsi tersebut (kaitan permasalahan kesehatan mental dengan keimanan). Ini akan lebih efektif kalau datangnya dari komunitas sekitar, pemuka agama, dan stakeholder lainnya,” sebut Sandersan.

Bahrul Fuad, Aktivis HAM dan Penggiat Inklusi Disabilitas, menyebutkan bahwa agama dan tokoh agama di Indonesia memiliki peran penting dalam mendorong kesadaran pentingnya menjaga kesehatan mental dan mencegah perilaku bunuh diri. Hal tersebut karena masyarakat Indonesia cenderung memandang tinggi peran agama dan tokoh agama dalam banyak aspek, termasuk masalah kesehatan mental.

“Pemahaman agama harus disandingkan dengan pemahaman sains terkait dengan kesehatan mental dan bunuh diri,” ujar Bahrul Fuad, Senin (10/10/2022). “Sehingga keagamaan dan sains dapat melebur dan memberikan pemahaman tentang kesehatan mental,” lanjutnya.

Bahrul menegaskan, tokoh agama harus melakukan tafsir ulang terhadap ayat-ayat kitab suci yang bertentangan dengan kesehatan mental. Menurutnya, terdapat sejumlah tafsir yang dapat menyudutkan seseorang dengan masalah kesehatan mental.

Setelah itu, tokoh agama dapat melaksanakan edukasi tentang kesehatan mental dan pencegahan bunuh diri melalui khotbah keagamaan.

“Penjelasan kesehatan mental dan pencegahan bunuh diri melalui khotbah-khotbah keagamaan, dibuat teks khusus, tentang pentingnya kesehatan jiwa dan pencegahan bunuh diri,” jelas Bahrul mengenai edukasi kesehatan mental yang dapat dilakukan tokoh agama.

Pembaca yang merasa memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan melakukan percobaan bunuh diri, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa.

Berbagai saluran telah tersedia bagi pembaca untuk menghindari tindakan bunuh diri. Misalnya Tim Pijar Psikologi melalui https://pijarpsikologi.org/konsulgratis(**)