KABAREKONOMI.ID, Batam – Batu bara mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkitan setelah terpuruk dua hari. Pada perdagangan Selasa (11/10/2022), harga batu kontrak November di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 388,5 per ton. Harganya menguat 2,24% dibandingkan hari sebelumnya.
Penguatan harga batu bara pada perdagangan kemarin mengakhiri tren negatif yang sudah berlangsung sejak Jumat pekan lalu atau dalam dua perdagangan terakhir. Dalam sepekan, harga batu bara masih anjlok 5,2% secara point to point. Dalam sebulan, harga batu bara ambles 19,1% sementara dalam setahun masih melesat 50,9%.
Menggeliatnya harga batu bara ditopang oleh merangkaknya harga gas serta meningkatnya kekhawatiran pasokan, terutama di China. Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) kemarin menguat 1,7% ke 156,78 euro per megawatt-jam (MWH).
Sementara itu, harga batu bara kokas di China melonjak kemarin. Di Dalian Commodity Exchange, harga batu bara kokas naik 2,1% ke CNY 2.233 (US$ 310,6) per ton, Harga tersebut adalah yang tertinggi sejak 30 Juni atau lebih dari tiga bulan.
Kenaikan harga batu bara dipicu kekhawatiran akan pasokan di Negara Tirai Bambu akibat pengetatan kebijakan Covid-19 China menjelang Kongres Partai Komunis akhir pekan ini.
Produsen-produsen batu bara di Shanxi, China, akan menghentikan produksi menjelang Kongres Partai Komunis yang dimulai 16 Oktober sehingga pasokan menipis.
Dengan dihentikannya produksi, pasokan batu bara sebagai bahan baku pabrik pengolahan besi baja akan menipis. Gangguan pasokan batu bara global juga terimbas oleh banjir di Australia, eksportir terbesar untuk batu bara kokas. Ketidakseimbangan pasokan dan permintaan ini yang ikut menopang harga batu bara.
“Pasokan batu bara kokas akan kembali ketat. Kondisi ini menopang pergerakan harga batu bara secara keseluruhan,” tutur analis Huatai Futures, seperti dikutip dari Helenic Shipping News.
Dilansir dari S&P Global, permintaan batu bara Indonesia dari China juga diperkirakan meningkat seiring berakhirnya liburan Golden Week.
“Pembeli China akan aktif bertransaksi lagi setelah libur Golden Week. Ini akan menopang harga batu bara thermal dari Indonesia,” tutur S&P dalam laporannya Market Movers Asia, Oct. 10-14.
(**)