KABAREKONOMI.ID, – Meski terkoreksi pada perdagangan hari terakhir pakan ini, secara mingguan harga komoditas energi utama dunia ini masih tercatat menguat. Harga minyak mentah acuan global brent ditutup melemah 1,22% pada perdagangan Jumat (28/10/2022). Meski demikian dalam sepekan harganya tercatat naik 2,43% secara point-to-point.
Perekonomian Amerika Serikat (AS) yang tumbuh di kuartal III-2022 menjadi pendongkrak utama kenaikan harga minyak mentah tersebut.
Saat ekonomi tumbuh, artinya permintaan minyak mentah juga naik. Harga minyak mentah acuan AS jenis West Texas Intermediate (WTI) juga menguat 3,35% dalam sepekan ke US$ 87,90/barel.
Dalam sebulan minyak mentah brent menguat 7,22%, sedangkan WTI juga menguat 7% dalam periode yang sama.
PDB Amerika Serikat dilaporkan tumbuh 2,6% pada periode Juli – September lalu. Sementara pada dua kuartal sebelumnya, PDB tercatat terkontraksi 1,6% dan 0,6%, yang secara umum diartikan sebagai resesi teknikal.
“Harga minyak mentah rally setelah perekonomian AS rebound di kuartal III,” kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, sebagaimana dilansir CNBC International.
Meski demikian, pasar juga masih berhati-hati sebab ada risiko Amerika Serikat akan mengalami resesi lagi, alias double dip recession jika bank sentral AS (The Fed) terus agresif menaikkan suku bunga.
Survei terbaru yang dilakukan Wall Street Journal terhadap para ekonom menunjukkan sebanyak 63% memprediksi Amerika Serikat akan mengalami resesi 12 bulan ke depan. Persentase tersebut naik dari survei bulan Juli sebesar 49%.
Double dip recession pernah dialami Amerika Serikat pada 1980an. Resesi pertama terjadi pada kuartal I sampai III-1980, kemudian yang kedua pada kuartal III-1981 dan berlangsung hingga kuartal IV-1982.
Selain itu, China juga menjadi kekhawatiran pelaku pasar. Sebagai salah satu konsumen minyak mentah terbesar dunia, perekonomian China sedang mendapat sorotan akibat kebijakan zero Covid yang diterapkan, selain itu sektor properti juga mengalami masalah, dan tingkat keyakinan pasar yang merosot.
Jika perekonomian China pada akhirnya melambat, maka permintaan minyak mentah tentunya akan menurun.