KABAREKONOMI.ID – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses pada perdagangan Kamis (3/11/2022), setelah sempat merosot ke bawah 7.0000. IHSG mampu menguat saat bursa Asia lainnya merosot akibat bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang mengindikasikan suku bunga bisa lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
Melansir data Refinitiv, IHSG tercatat menguat 0,27% ke 7.034,573. Data pasar mencatat, sebanyak 248 emiten menguat, 280 turun dan 164 stagnan.
Mayoritas bursa saham Asia hari ini merosot. Selain IHSG, cuma ada indeks SET Thailand dan Topix Jepang yang mencatat penguatan.
Sesuai dengan prediksi pelaku pasar, The Fed kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin ke 3,75% – 4%. Selain itu, ketua The Fed mengindikasikan suku bunga bisa lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
“Kami masih memiliki beberapa kali kenaikan suku bunga lagi, dan data yang kami lihat sejak pertemuan terakhir menunjukkan tingkat suku bunga bisa lebih tinggi dari yang sebelumnya diperkirakan,” kata Powell sebagaimana dilansir CNBC International.
Pasca penyataan tersebut, pelaku pasar melihat suku bunga The Fed bisa berada di 5,25% pada awal tahun depan. Hal tersebut terlihat di perangkat FedWatch milik CME Group, di mana pasar melihat ada probabilitas sebesar 46% suku bunga The Fed berada di 5% – 5,25% pada Maret 2023.
Dengan tingkat suku bunga yang semakin tinggi, maka peluang Amerika Serikat untuk lepas dari resesi atau soft landing di 2023 semakin menyempit. Hal itu juga diakui oleh Powell.
“Apakah peluang soft landing semakin kecil? iya. Apakah itu masih mungkin terjadi? tentu saja,” kata Powell.
Tetapi Powell untuk bisa menghindarkan perekonomian AS dari resesi di 2023 adalah pekerjaan yang sangat berat, sebab suku bunga masih perlu dinaikkan tinggi guna meredam inflasi.
Tidak hanya Amerika Serikat, banyak negara diperkirakan akan mengalami resesi tahun depan.
Namun, tidak seperti negara-negara tersebut, Indonesia jauh dari resesi. Bank Indonesia (BI) memperkirakan ekonomi nasional pada kuartal III-2022 bisa tembus di atas 5,5% (year on year). Capaian ini akan lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
“Kami BI optimis akan lebih tinggi di atas 5,5%,” ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Kamis (3/11/2022).
Selain itu, Dana Moneter Internasional (IMF), sebelumnya memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,3% tahun ini dan sedikit melambat menjadi 5% pada tahun depan.
Hal ini juga sekaligus menandakan Indonesia tidak alami perlambatan ekonomi atau jatuh ke jurang resesi, seperti yang dialami banyak negara lain.