KABAREKONOMI.ID– Pekan ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya naik 0,55%, setelah penguatannya terpangkas pada hari terakhir perdagangan (28/10) di mana IHSG melemah 0,5% ke posisi 7.056,04. Pergerakan ini menggarisbawahi kondisi IHSG yang masih sulit menembus level psikologis 7.100.
Meski hanya hanya mengalami apresiasi 2 kali saja yaitu di awal pekan dan pada Kamis, aliran dana asing ke saham mulai masuk. Statistik perdagangan mencatat ada inflow dana asing sebesar Rp 1,5 triliun minggu ini di pasar reguler.
Penguatan terbatas IHSG pekan ini sejalan dengan pasar keuangan global yang memang belum kondusif. Isu resesi di tahun 2023 masih terus menjadi ketakutan utama investor dan masyarakat luas secara umum.
Kekhawatiran soal resesi bukan tanpa alasan. Demi menjinakkan inflasi tertinggi multi-dekade, bank sentral banyak negara, terutama negara-negara Barat, secara kompak mengetatkan kebijakan moneter dan relatif masih agresif dalam menaikkan tingkat suku bunga acuannya.
Pekan ini ada 2 bank sentral negara Barat yang mengetatkan kebijakan moneternya yaitu Bank of Canada (BoC) yang mengerek naik suku bunga acuan 50 basis poin (bps) dan bank sentral Uni Eropa yaitu ECB yang juga menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps.
Lalu bagaimana potensi pergerakan IHSG pekan depan? Berikut sejumlah sentimen utama yang dapat mempengaruhi laju pergerakan bursa domestik.
Dari kancah global, ekonomi terbesar dunia akan menghadapi minggu yang sangat sibuk. Pekan depan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed akan mengumumkan keputusan suku bunga. Pasar secara luas telah mengantisipasi kenaikan sebesar 75 bps (0,75%) dalam siklus terbaru yang akan diumumkan hari Kamis (3/10) dini hari WIB.
Minggu menuju pengumuman The Fed sering ditandai dengan perdagangan yang bergejolak karena investor masih menerka-nerka langkah selanjutnya dari pejabat bank sentral terkait arah ekonomi apakah masih tetap hawkish atau mulai melunak.
Selain itu pekan depan AS juga akan melaporkan sejumlah data tenaga kerja yang juga dapat menjadi proksi keberhasilan The Fed dalam pengetatan kebijakan moneter selama ini.
Hal tersebut akan menjadi bahan bakar pergerakan Wall Street ditambah dengan paparan kinerja perusahaan yang satu per satu mulai melapor. Indeks domestik sendiri cukup sensitif dengan pergerakan Wall Street, di mana IHSG sering kali mengikuti ke mana arah pergerakan bursa terbesar di dunia tersebut.
Selanjutnya masih dari kancah global, investor juga patut mengamati rapat bank sentral di sejumlah negara, termasuk Inggris, Australia, Norwegia dan Malaysia serta pertumbuhan PDB dan angka tingkat inflasi dari Kawasan Euro. Lalu China juga akan merilis PMI manufaktur dan jasa untuk bulan Oktober.
Di Inggris, Bank of England akan mengumumkan tingkat suku bunga baru, dengan pasar bertaruh pada kenaikan 75bps setelah inflasi kembali ke level tertinggi 40 tahun pada bulan September dan upaya menstabilkan pasar setelah Rishi Sunak menggantikan Liz Truss sebagai perdana menteri.
Pembacaan awal menunjukkan kawasan Euro tetap berada di wilayah ekspansif di kuartal-III, setelah data dari Jerman mengejutkan naik dan PDB Prancis dan Spanyol tumbuh sedikit. Pada saat yang sama, tingkat inflasi tahunan di seluruh blok kemungkinan mencapai dua digit pada Oktober, dengan angka awal pekan lalu melampaui ekspektasi.
Dari China, semua mata akan tertuju pada data PMI Oktober untuk memberikan gambaran aktivitas manufaktur dan bagaimana ekonomi terbesar kedua di dunia itu memulai Q4.
Data ekonomi dan kebijakan moneter yang diumumkan sejumlah negara ekonomi utama dunia dapat menjadi parameter utama terkait kondisi ekonomi global dan bagaimana arah pergerakan kedepannya.
Peka lalu, rilis data ekonomi yang melampaui proyeksi dari China dan AS sebagai dua negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia masih belum mampu menjadi katalis positif untuk kinerja aset keuangan berisiko seperti saham.
Awal pekan lalu China yang melaporkan ekonominya tumbuh 3,9% secara tahunan (year-over-year/yoy) pada kuartal III-2022. Ekonomi China tumbuh lebih tinggi dari kuartal II-2022 yang hanya mengalami ekspansi 0,4% yoy dan di atas konsensus ekonom sebesar 3,4%. Sementara itu PDB AS kuartal-III dilaporkan tumbuh 2,6% secara tahunan, setelah dua kuartal sebelumnya terkontraksi.
Terakhir dari dalam negeri, musim laporan keuangan sudah resmi dimulai dengan sejumlah emiten perbankan di tanah air telah melaporkan kinerjanya dalam sembilan bulan pertama tahun 2022. Di antara bank raksasa, hanya Bank Rakyat Indonesia (BBRI) yang masih belum melaporkan kinerja Q3 dan diharapkan akan segera terlaksana.
Sejumlah emiten lain juga akan menyerahkan rapor keuangannya kepada investor pekan depan yang secara tidak langsung ikut memengaruhi gerak IHSG.
Terakhir investor juga patut mengikuti pergerakan serta proyeksi komoditas unggulan RI seperti batu bara dan CPO, yangfluktuasinya relatif berkorelasi positif dengan pergerakan harga emiten dalam negeri yang bergerak di sektor tersebut.