Home » Biden Ancam Perusahaan Minyak, Ada Apa?

Biden Ancam Perusahaan Minyak, Ada Apa?

by Tia

KABAREKONOMI.ID, – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden tiba-tiba mengancam perusahaan minyak. Ia berjanji akan mengenakan pajak yang lebih tinggi atas keuntungan perusahaan energi fossil tersebut.

Mantan Wakil Presiden Barrack Obama tersebut mengaku tak segan melakukannya. Apalagi jika mereka tidak segera memotong harga bahan bakar minyak (BBM).

“Keuntungan mereka (perusahaan minyak) adalah rejeki nomplok perang,” kata Biden, mengacu pada serangan Rusia di Ukraina, katanya dikutip CNBC International, Selasa (1/11/2022).

“Sudah waktunya bagi perusahaan-perusahaan ini untuk menghentikan pencatutan perang mereka,” tegasnya.

“Jika tidak, mereka akan membayar pajak yang lebih tinggi atas kelebihan keuntungan mereka,” tambahnya.

Biden sendiri telah berulang kali mengkritik perusahaan minyak dalam beberapa pekan terakhir. Ini karena rekor keuntungan yang didapat di tengah kenaikan harga bahan bakar.

Di AS sendiri, menurut data AAA Senin, harga satu galon atau sekitar 3,7 liter BBM dibanderol US$ 3,76 atau sekitar Rp58 menurut AAA. Jumlah ini turun dari US$5 pada Juni, tetapi masih lebih tinggi dari tahun lalu.

Di kesempatan yang sama, Biden pun mengakui dirinya adalah “seorang kapitalis”. Tetapi, ia tidak percaya bahwa perusahaan menghasilkan keuntungan yang sangat tinggi di saat seperti ini.

Shell, kata dia, menghasilkan laba US$9,5 miliar pada kuartal III (Q3) 2023. Itu, tegasnya, hampir dua kali lipat dari yang dihasilkan pada periode yang sama tahun lalu.

Sementara keuntungan Exxon pada Q3 adalah US$18,7 miliar. Ini hampir tiga kali lipat dari apa yang dihasilkan Exxon tahun lalu dan terbesar dalam 152 tahun sejarahnya.

Sebelumnya demi menurunkan harga minyak, Biden mengumumkan pelepasan 15 juta barel cadangan minyak mentah AS , di awal bulan. Gedung Putih total telah melepaskan sekitar 165 juta barel minyak mentah dari cadangan sejak awal tahun, dari total yang dikatakan sekitar 180 juta.

Biden berjanji dalam pidatonya sebelumnya untuk membeli minyak untuk mengisi ulang cadangan begitu harganya mencapai US$70 per barel. Dia mengatakan perusahaan harus berinvestasi sekarang dalam peningkatan produksi dengan keyakinan bahwa pemerintah akan membeli minyak nanti.