“Pengelola air sebelumnya, kontrak dengan BP Batam di 1995 habis 2020, selama 25 tahun. Walhasil, seluruh jaringan pipa sudah termakan usia. Jadi (jaringan pipa) yang hadir pertama, semuanya sudah kadaluarsa,” kata Rudi disela-sela berpidato pada family day funwalk REI-BTN di Halaman Parkir BP Batam, Minggu (15/1/2023).
Menurut Rudi, saat ini untuk mendapat 1 kubik air bersih hanya membayar sebesar Rp 2.500 saja. Sedangkan air dalam 1 drum dihargai Rp 20 ribu.
“Sementara itu, 1 kubik itu kira-kira 5 drum. Jadi sudah tidak sesuai lagi. Saya minta SPAM Batam dan PT Moya Indonesia untuk bisa berhitung kebutuhan uang berapa untuk ganti pipa sesuai kebutuhan. Maka didapati angka Rp 4,5 triliun,” katanya lagi.
“Uangnya dari mana, dari kita semua. Ada penyesuaian untuk (tarif) air ini nantinya. Kalau tidak, maka tidak akan selesai. Hidup sana, mati di sini, karena tidak mampu,” tegasnya
Persoalan lainnya yang harus segera dibenahi yakni pembaharuan dari WTP di masing-masing waduk, yang bertugas memproduksi air bersih dari air baku.
“WTP juga tidak mampu produksi air suplai. Pipa air ganti dan WTP juga. Tapi persediaan air sudah cukup, karena pengalihan air masuk Dam Mukakuning. Di Sei Ladi, tidak ada lagi di bawah spillway. Kita akan terus jaga itu,” paparnya.
Pria nomor satu di Batam ini yakin jika jaringan pipa air dan WTP diperbaharui, maka suplai air akan lancar lagi. “Bantu kami, supaya tidak dihantam di media sosial. Air dipegang Moya, masalah lah. Jadi penyelesaiannya harus diganti utuh,” imbuhnya.
Untuk langkah awal, BP Batam telah meminta Moya untuk investasi terlebih dahulu menggunakan uang sendiri. “Itu hutang. Kita akan cicil melalui pendapatan ini (penyesuaian tarif air bersih),” paparnya.
Ia juga memaparkan bahwa pendapatan yang diterima per tahun lewat SPAM Batam sebesar Rp 320 miliar. Sementara dulu dari ATB sebesar Rp 28 miliar per tahun.
“Dulu ATB kita dapat Rp 28 miliar per tahun. Ketika sudah selesai, rupanya pas dilihat barangnya sudah tua. Sementara itu, Rp 320 miliar yang sekarang separuhnya potong hutang kami dan juga operasional rutin dan sebagainya. Jika setahun segitu, butuh berapa tahun selesaikan (suplai air bersih) ini,” tuturnya.
“20 tahun pun belum tentu selesai untuk penyelesaian air berharap lancar. Bantu kami jelaskan ke orang-orang, supaya di media sosial tidak terjadi lagi yang menyudutkan kami,” pungkasnya . (pom/kil/lin)