KABAREKONOMI.ID – Rupiah mencatat pelemahan 4 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (3/11/2022), hingga nyaris menyentuh Rp 15.700/US$. Dolar AS terus menanjak setelah bank sentralnya (The Fed) kembali menaikkan suku bunga dini hari tadi.
Melansir data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan hari ini di Rp 15.695/US$, melemah 0,32% di pasar spot. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak pertengahan April 2020 lalu.
Sesuai dengan prediksi pelaku pasar, The Fed kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin ke 3,75% – 4%. Selain itu, ketua The Fed mengindikasikan suku bunga bisa lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
“Kami masih memiliki beberapa kali kenaikan suku bunga lagi, dan data yang kami lihat sejak pertemuan terakhir menunjukkan tingkat suku bunga bisa lebih tinggi dari yang sebelumnya diperkirakan,” kata Powell sebagaimana dilansir CNBC International.
Pasca penyataan tersebut, pelaku pasar melihat suku bunga The Fed bisa berada di 5,25% pada awal tahun depan. Hal tersebut terlihat di perangkat FedWatch milik CME Group, di mana pasar melihat ada probabilitas sebesar 46% suku bunga The Fed berada di 5% – 5,25% pada Maret 2023.
Dengan tingkat suku bunga yang semakin tinggi, maka peluang Amerika Serikat untuk lepas dari resesi atau soft landing di 2023 semakin menyempit. Hal itu juga diakui oleh Powell.
“Apakah peluang soft landing semakin kecil? iya. Apakah itu masih mungkin terjadi? tentu saja,” kata Powell.
Tetapi Powell untuk bisa menghindarkan perekonomian AS dari resesi di 2023 adalah pekerjaan yang sangat berat, sebab suku bunga masih perlu dinaikkan tinggi guna meredam inflasi.
Tidak hanya Amerika Serikat, banyak negara diperkirakan akan mengalami resesi tahun depan.
Dalam kondisi tersebut, dolar AS kembali diuntungkan karena menyandang status safe haven.
Bank Indonesia (BI) mengakui kedigdayaan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap sejumlah mata uang negara, termasuk nilai tukar rupiah. BI menyebut keperkasaan dolar AS memang tak terbantahkan.
Hal tersebut dikemukakan Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Kamis (3/11/2022). Perry mengatakan, hampir seluruh negara memang terkena dampak dari penguatan dolar AS.
“Dolar sangat super strong. Year to date sudah menguat, apresiasi hampir 20%,” kata Perry.
BI menegaskan akan tetap berada di pasar untuk melakukan intervensi apabila nilai tukar rupiah terlempar jauh dari nilai fundamentalnya. BI memastikan akan menjaga agar rupiah tidak terdepresiasi lebih dalam.
“BI akan menjaga stabilisasi nilai tukar dengan intervensi spot dan forward, d pasar SBN, di pasar sekunder aga depresiasi rupiah terjaga,” kata Perry.(**)