Home » Dolar Singapura Melemah 0,37%, Anjlok ke Level Termurah

Dolar Singapura Melemah 0,37%, Anjlok ke Level Termurah

by Rika Hisba

KABAREKONOMI.ID, Batam – Libur panjang pasar finansial Indonesia dalam rangka Hari Raya Idul Fitri akhirnya selesai, pada Senin (9/5/2022) pasar kembali dibuka. Di perdagangan hari ini rupiah bergerak bervariasi, melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) tetapi masih mampu menguat melawan mata uang lainnya, termasuk dolar Singapura.
Melansir data Refinitiv, dolar Singapura pagi ini sempat merosot 0,37% ke Rp 10.419/SG$ yang merupakan level termurah tahun ini, tepatnya sejak 29 November 2021 lalu.
Kabar baik dari dalam negeri membuat rupiah masih perkasa.

Pada Rabu (4/5/2022), S&P Global merilis data aktivitas manufaktur yang dicerminkan dengan Purchasing Managers’ Index (PMI). Untuk periode April 2022, PMI manufaktur Indonesia ada di angka 51,9. Lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Maret sebesar 51,3.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi.

Laju ekspansi manufaktur Indonesia lebih cepat pada bulan April ditopang oleh produksi dan permintaan baru yang bertumbuh akibat ekonomi yang membaik.

Jingyi Pan, Economics Associates Director S&P Global, menyebut tanda-tanda positif sektor manufaktur Indonesia karena perbaikan kondisi ekonomi terlihat dari kenaikan permintaan dan produksi yang lebih kuat.

Seiring dengan tingkat produksi yang bertumbuh, pembukaan lapangan kerja pun turut naik. Pada akhirnya mempengaruhi aktivitas pembelian karena meningkatnya daya beli.

Sedangkan pada hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2022. Hasilnya memuaskan, ekonomi Tanah Air tumbuh cukup tinggi.

Kepala BPS Margo Yuwono melaporkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku pada kuartal I-2022 adalah Rp 4.513 triliun. Tumbuh 5,01% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan PDB Ibu Pertiwi tumbuh 5,05% pada kuartal I-2022. Sedangkan konsensus versi Reuters ada di angka 5%.

Sementara itu sebelum libur Lebaran, lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor’s merevisi outlook atau prospek peringkat utang Indonesia dari negatif menjadi stabil, yaitu ‘BBB/A-2’. Hal ini menyusul prospek ekonomi Indonesia yang semakin menjanjikan ke depan.

Baca: Dolar AS Terlalu Perkasa, Mata Uang Garuda Pun Tertekan…

“Pada 27 April 2022, S&P Global Ratings merevisi prospek peringkat utang negara jangka panjang di Indonesia menjadi stabil dari negatif,” tulis S&P dalam laporannya yang diterima CNBC Indonesia, Rabu (27/4/2022).

Prospek yang stabil mencerminkan ekspektasi S&P bahwa pemulihan ekonomi Indonesia akan berlanjut selama dua tahun ke depan.

Pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut setelah hantaman berat dari pandemi Covid-19. Kini penyebaran kasus semakin rendah seiring dengan tingginya tingkat vaksinasi. Mobilitas masyarakat akhirnya turut pulih secara perlahan.

S&P memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat menjadi 5,1% pada 2022, dibandingkan 3,7% pada 2021.

source: CNBC

Baca Juga