KABAREKONOMI.ID, Batam – Harga kripto berguguran bersamaan dengan harga minyak mentah dunia. Ironis, emas yang digadang-gadang sebagai aset safe heaven pun tertular.
Mengutip coinmarketcap.com, Selasa (10/5), aset 10 kripto dengan kapitalisasi pasar utama, rontok hingga puluhan persen dalam semalam. Bitcoin, mata uang digital paling pun merosot hingga ke level harga US$30 ribuan.
Begitu pula, harga minyak mentah dunia yang jatuh 6,1 persen. Minyak mentah berjangka Brent turun 5,7 persen ke posisi US$105,94 per barel, sedangkan minyak mentah West Texas Intermedia (WTI) anjlok 6,1 persen ke posisi US$103,09 per barel.
Emas acuan di pasar internasional turun 0,15 persen menjadi US$1.855,9 per troy ons. Penurunan harga emas internasional tercermin pada harga emas Antam yang hari ini jatuh Rp7.000 per gram menjadi Rp970 ribu. Kemarin, harga emas Antam sudah turun Rp2.000 per gram.
Berkaca pada fenomena ini, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebut sentimen penguatan dolar AS mendominasi, termasuk kondisi ekonomi global yang dibayangi perang Rusia-Ukraina.
Apalagi, bank sentral AS (The Fed) baru saja menaikkan suku bunga acuan hingga 50 basis poin (bps). Kebijakan moneter ketat tersebut memicu penguatan dolar AS yang membuat harga-harga komoditas, termasuk kripto, emas dan minyak, melemah.
“Ini adalah ketakutan negara-negara bahwa akan ada krisis besar pasca-perang Ukraina, di mana semua bank sentral akan menaikkan suku bunga. Pada saat bank sentral global, yang diawali oleh Amerika, menaikkan suku bunga yang begitu besar, akan berpengaruh terhadap indeks dolar yang terus menguat,” kata Ibrahim kepada CNNIndonesia.com, Selasa (10/5).
Ibrahim menyebut dua faktor lain yang berkontribusi pada kekhawatiran krisis. Pertama, penguncian wilayah di China yang merupakan pusat perbelanjaan, sekaligus salah satu manufaktur terbesar, juga turut membuat neraca perdagangan menurun.
Kedua, inflasi global yang kian meningkat akibat ‘perang sanksi’ antara Amerika dan sekutunya terhadap Rusia dan sebaliknya imbas invasi Rusia terhadap Ukraina.
“Ini mengindikasikan bahwa terjadinya perang di Ukraina, ini sangat berat sekali kepada pertumbuhan ekonomi. Sehingga, para sekutu bermain,” katanya.
Pun demikian, ia memperkirakan emas dan minyak akan kembali menjadi komoditas aman alias safe haven. Namun sebelumnya, kedua komoditas, plus kripto bakal diwarnai aksi ambil untung dari harga terendah.
“Pada saat terjadi perang dunia pertama, perang dunia kedua, semua harga-harga hancur, kecuali harga minyak dan emas sebagai safe haven. Sekarang belum, tapi nanti akan ada harapan bahwa pada saat harga emas menyentuh di level US$1.825 (per troy ons), ini akan loncat ke atas,” ucap Ibrahim.
“Kemudian minyak di US$95 (per barel), nanti sultan-sultan bermain semua di situ. Dia akan mengambil posisi beli di harga terendah, untuk kembali lagi ke harga status dulu,” lanjutnya.
Senada dengan Ibrahim, Analis DCFX Futures Lukman Leong mengatakan bahwa penguatan dolar AS dan penguncian wilayah di China memang menjadi pemicu utama turunnya harga-harga komoditas. Namun, ada beberapa faktor lain yang membuat harga turun.
“Seperti kripto karena pelepasan aset berisiko, minyak karena prospek ekonomi global terutama lockdown di China, meningkatkan kekhawatiran permintaan minyak akan menurun. Karena sebagai salah satu consumer goods terbesar di dunia,” sebut Lukman.
Karena kripto dipandang sebagai aset berisiko, ia menuturkan saat saham-saham berisiko di bursa anjlok, maka kripto ikut terimbas.
“Jadi aset-aset berisiko seperti sektor teknologi, start up, walaupun perusahaan saham konvensional sekalipun, dan tentu saja aset berisiko seperti kripto itu pasti akan terimbas sangat besar. Jadi sebenarnya investor melepas semua aset berisiko,” terang Lukman.
“Dolar AS di atas angin dulu, kemudian emas akan menyusul mungkin belakangan beberapa bulan kemudian. Jadi, saya lihat emas itu sementara fall back karena penguatan dolar AS, namun akan naik setelah beberapa saat,” tutupnya.
source: cnn