KABAREKONOMI.ID, – Harga minyak mentah dunia merosot disebabkan berita negatif yang datang dari dua konsumen terbesar di dunia yakni Amerika Serikat dan China.
Pada perdagangan kemarin (31/10/2022) harga minyak mentah Brent tercatat US$94,8 per barel atau turun 1% dibandingkan posisi sebelumnya. Sementara itu jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) melonjak 1,6% menjadi US$86,5 per barel.
Produksi Amerika Serikat naik menjadi hampir 12 juta barel per hari pada Agustus, tertinggi sejak awal pandemi Covid-19.
Sementara itu Presiden AS Joe Biden akan meminta perusahaan minyak dan gas untuk menginvestasikan sebagian dari rekor keuntungan mereka dalam menurunkan biaya hidup di Negeri Paman Sam.
Biden akan meminta Kongres untuk mempertimbangkan mewajibkan perusahaan minyak membayar denda pajak. Biden sebelumnya telah mendorong perusahaan minyak untuk meningkatkan produksi daripada menggunakan keuntungan untuk pembelian kembali saham dan dividen.
Pemerintah juga mengandalkan pelepasan pasokan dari Cadangan Minyak Strategis (SPR) untuk meredakan krisis pasokan. Sekitar 1,9 juta barel dilepaskan dari SPR pekan lalu sebagai bagian dari rencana pemerintah melepas 180 juta barel.
Selain itu aktivitas pabrik (PMI Manufaktur) di China masuk ke zona kontraksi yaitu di 49,2 terbebani oleh pelemahan permintaan global dan pembatasan ketat Covid-19 yang memukul produksi.
“Kontrak data indeks manajer pembelian (PMI) menambah kesedihan pasca pesta kongres China untuk pasar minyak. Tidak sulit untuk menarik garis lurus dari PMI yang lebih lemah ke kebijakan zero-Covid China,” kata Stephen Innes, Managing Partner Manajemen Aset SPI.
“Selama zero-Covid tetap mengakar, itu akan terus menggagalkan kenaikan minyak.”
Pembatasan ketat Covid-19 di China telah memukul aktivitas ekonomi dan bisnis membatasi permintaan minyak. Impor minyak mentah China untuk tiga kuartal pertama tahun ini turun 4,3% secara year-on-year (yoy). Angka tersebut merupakan penurunan terdalam sejak 2014.