KABAREKONOMI.ID Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali bulan November 2022 dengan pelemahan. IHSG turun 0,66% dan ditutup di 7.052,3 mengawali perdagangan awal November. Mayoritas saham mengalami koreksi harga.
Statistik perdagangan mencatat ada 355 saham yang harganya turun. Sebanyak 186 saham menguat dan 161 saham stagnan.
Investor asing cenderung memborong saham tercermin dari net buy yang mencapai Rp 350 miliar kemarin.
Di sisi lain kinerja PMI manufaktur Indonesia juga masih tetap ekspansif di bulan Oktober 2022. Inflasi bulan Oktober 2022 juga melandai ke 5,71% year on year (yoy) dibandingkan dengan kinerja bulan September yang naik 5,95%.
Meskipun asing net buy dan data ekonomi cenderung positif tetapi IHSG masih sulit kembali ke level psilkologis 7.100.
Analisis Teknikal
Foto: Teknikal Teknikal |
Pergerakan IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu harian (daily) dan menggunakan indikator Boillinger Band (BB) untuk menentukan area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Jika melihat level penutupan IHSG dan indikator BB kemarin, indeks bergerak membentuk pola konsolidasi rentang BB 6.984-7.171.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lain yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Posisi RSI mengalami kenaikan penurunan ke 52,3 yang mengindikasikan adanya penguatan momentum jual.
Dilihat dari indikator lain yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis EMA 12 tetap berada di atas garis EMA 26 dan bar histogram tetap bergerak di area positif.
Melihat berbagai indikator teknikal yang ada, IHSG masih berpotensi untuk terkonsolidasi terlebih dahulu di rentang 7.000-7.100 hari ini.(**)