KABAREKONOMI.ID, Batam – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup longsor 0,41% ke 6.880.62 pada perdagangan Rabu (12/10/2022). Koreksi ini menjadikan penurunan kelima IHSG secara beruntun. Sejatinya IHSG sempat berayun volatil dari zone merah ke hijau sebelum akhirnya terkoreksi di sesi pre-closing sehingga mengakhiri hari di bawah level 6.900.
Semalam indeks saham Bursa New York masih dibayangi awan kelabu. Indeks S&P 500 melemah 0,65% dan Nasdaq Composite anjlok 1,1%.
Harga obligasi pemerintah AS juga jatuh kemarin, di tandai dengan lonjakan yield. Yield surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun melonjak ke 3,947% pada penutupan perdagangan kemarin. Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak 27 September 2022.
Terpuruknya saham utamanya dipicu oleh isu resesi serta keputusan bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) yang akan mengakhiri pembelian obligasi pemerintah Inggris.
Sebelumnya, BoE mengatakan akan melakukan pembelian obligasi hingga 65 miliar pound (US$71 miliar) sampai dengan 14 Oktober mendatang untuk menstabilkan pasar. BoE bahkan bilang akan memborong berapapun gilt di pasar yang diperlukan untk menenangkan pasar yang panik karena kebijakan stimulus PM Liz Truss.
Pelaku pasar Wall Street kini menunggu data inflasi AS untuk September yang akan keluar pada Kamis pekan ini. Hari ini, mereka akan menunggu data indeks harga produsen sementara pada Jumat akan ada pengumuman indeks kepercayaan konsumen.
Semua data tersebut akan menjadi pegangan pasar untuk membaca arah kebijakan The Fed yang akan menggelar rapat pada 1-12 November mendatang.
“Kondisi pasar saat ini sangat menyedihkan di tengah perlambatan ekonomi, ketidakpastian laporan keuangan, serta berapa lama kebijakan ketat The Fed. Sentimen penghindaran risiko (risk aversion) juga meningkat tajam,” tutur chief investment officer The Bahnsen Group David Bahnsen, kepada CNBC Internasional.
Faktor lain yang bisa menjadi sentimen negatif IHSG hari ini adalah kembali tegangnya perang Rusia-Ukraina serta langkah Dana Moneter Internasional (IMF) yang memangkas pertumbuhan global dan Indonesia untuk tahun depan.
IMF memangkas pertumbuhan global pada 2023 menjadi 2,7% dari proyeksi di Juli sebesar 2,9%. Namun, IMF masih mempertahankan proyeksi pertumbuhan global untuk 2022 di angka 3,2%.
Pertumbuhan global sudah direvisi sebanyak tiga kali yakni pada April, Juli, dan Oktober.
IMF juga mempertahankan proyeksi ekonomi Indonesia untuk tahun ini sebesar 5,3%. Namun, lembaga moneter internasional ini ternyata kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dari 5,2% menjadi 5% pada 2023.
(**)