Home » Jangan Kaget! Kini Ambruk, Begini Ramalan Rupiah ke Depan

Jangan Kaget! Kini Ambruk, Begini Ramalan Rupiah ke Depan

by Tia

KABAREKONOMI.ID – Dolar Amerika serikat (AS) masih begitu perkasa di dunia, hingga membuat mata uang banyak negara termasuk rupiah bertekuk lutut. Kini dolar AS masih bertengger di sekitar level Rp 15.600.

Bagaimana perkiraan ke depan?

Rupiah sebenarnya berpotensi menguat ke depan. Global Markets Economist Bank Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto memperkirakan pada kuartal IV-2022, dolar AS berada di sekitar level Rp 14.900.

Kepada CNBC Indonesia, Rabu (2/11/2022), Myrdal menyatakan penguatan rupiah akan didukung oleh semakin kuatnya fundamental perekonomian nasional. Antara lain pemulihan ekonomi yang semakin berlanjut, terkendalinya inflasi dan surplus pada neraca perdagangan.

Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. Irman Faiz juga memperkirakan rupiah menguat signifikan pada level 14.800-15.000 per dolar AS menuju akhir tahun.

“Kami perkirakan ada potensi penguatan mengarah ke akhir tahun d level skitar 14.800-15.000/USD,” ujarnya kepada CNBC Indonesia.

Selain fundamental yang semakin membaik, menurut Irman penguatan rupiah akan terjadi apabila Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan ke level 5,25% akhir tahun ini.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Edi Susianto menjelaskan, untuk melihat daya tahan rupiah bisa dilihat dari dua hal. Pertama dilihat bagaimana cadangan devisa Indonesia terkuras untuk melakukan intervensi, serta implikasinya terhadap pertumbuhan ekonomi.

Edi menjelaskan, pengurangan cadangan devisa tanah air masih sedikit berkurang dibandingkan dengan negara peers di Asia Tenggara.

“Di Bulan September, penurunan cadangan devisa dilihat dari data, kita hanya menurun 1,07%. Sementara negara peers seperti Malaysia menurun 3,46%, Thailand 7,24%, Filipina 4,04%. Kita relatively penurunan cadangan devisa kita relatif terbatas,” jelas Edi kepada CNBC Indonesia, Rabu (2/11/2022).

BI melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2022 mencapai US$ 130,8 miliar. Realisasi ini anjlok US$ 1,4 miliar dibandingkan posisi Agustus 2022 yang sebesar US$ 132,2 miliar.

Adapun persentase pelemahan pergerakan rupiah pada September dibandingkan negara tetangga lainnya, Indonesia masih relatif terbatas.

“Rupiah melemah hanya 2,53% di September, Malaysia Ringgit sekitar 3,5%, Filipina Peso 4,35%, Thailand Baht 3,36%. Bahkan Korea Won 6,5%,” jelas Edi lagi.

Di tengah situasi saat ini, Indonesia masih mendapat keberkahan dari hasil neraca perdagangan yang tercatat surplus.

Seperti diketahui, neraca perdagangan Indonesia pada September 2022 mencatatkan surplus sebesar US$ 4,99 miliar. Surplus neraca perdagangan ini sudah berlangsung 29 kali berturut-turut sejak Mei 2020.

Edi bilang, surplus neraca perdagangan yang masih kuat tersebut menolong atau dapat menahan rupiah saat ini.

Hal kedua yang juga menggambarkan daya tahan rupiah terlihat dari implikasinya terhadap pertumbuhan ekonomi.

“So far, bahwa PDB (Produk Domestik Bruto) di Kuartal II-2022 masih kuat 5,44%, eksternal balance masih positif masih sangat kuat. Juga PMI yang masih ekspansif,” jelas Edi.

Peningkatan produksi dan ekspansi permintaan domestik baru mendorong naiknya Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia di bulan September 2022. PMI Manufaktur di bulan tersebut tercatat sebesar 53,7, atau naik dari 51,7 di bulan Agustus lalu.

“Menurut saya, ini adalah salah satu indikator yang bisa kita lihat untuk daya tahan rupiah,” kata Edi lagi.