KABAREKONOMI.ID, Batam – Isu perubahan iklim (climate change) selalu santer di Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama ( KKKS). Berbagai cara dilakukan untuk meminimalisir emisi karbon. Salah satunya dengan menanam pohon sebanyak mungkin, seperti yang dilakukan oleh Medco.
Perwakilan Medco Energy Climate Change Strategy, Firman Dermawan mempresentasikan kebijakan Medco terkait Low Carbon di Hotel Adimulia, Kamis (28/10/2022).
Perwakilan Medco Energy Climate Change Strategy, Firman Dermawan menyampaikan satu tahun ini sebanyak 59ribu pohon yang telah ditanam. Namun, pohon yang ditanam oleh Medco, diyakini memiliki kapasitas menyerap karbon yang cukup banyak.
“Ada jenis Meranti, kemiri, palem dan buah-buahan lainnya,” kata Firman, Kamis (28/10).
Ia mengatakan dengan menanam pohon sebanyak mungkin, dapat efektif mengurangi emisi karbon. Ia mengatakan iklim di Indonesia, dalam dikontrol melalui hutan.
“Indonesia ini kawasan hutan, makanya kami terus membantu melakukan kegiatan penghijauan. Penanaman pohon ini tidak berhenti disini saja, tapi terus ke depannya,” ungkap Firman.
Langkah yang dilakukan Medco ini, tidak terlepas dari data yang menyebutkan Indonesia ranking ke 12 dari 35 negara dengan resiko moralitas sangat tinggi.
Hal ini ditambah dengan berbagai fakta yang didapat Medco. Firman mengatakan dari pembicaraan dengan beberapa pihak, di Jawa Barat kehilangan 700 hektar akibat tenggelam jadi laut.
“The Paris Agreement, jadi titik tolak perubahan dunia. Pemerintah meningkat itu, kami pun berupaya membantu semaksimal mungkin,” ujarnya.
Firman mengakui Medco beroperasi di beberapa wilayah di Indonesia. Sehingga, pihak dari Medco melihat betapa pentingnya mitigasi risiko. Di tahun 2017 dan 2018, Medco sudah menentukan isu-isu apa yang jadi fokus salah satunya emisi gas rumah kaca.
“Kami terus berupaya mengurangi emisi saat produksi migas. Kami juga mengurangi gas keluar, dan saat ini sedang masa transisi ke energi rendah karbon seperti memberdayakan geothermal di Bali Timur dan Bali Barat,” tuturnya.
Segala upaya yang dilakukan Medco ini, tentunya dengan harapan mendukung program pemerintah penurunan emisi karbon di 2060.
Tidak hanya Medco, SKK Migas pun memulai komitmen untuk mengurangi emisi karbon. Kepala Divisi Formalitas SKK Migas, Syaifudin mengatakan bahwa ke depan energi dari fosil masih boleh, tapi harus bersih.
“Tentunya hal ini menjadi lebih menantang bagi investasi di bidang hulu migas,” ujar Syaifudin.
Konsep energi bersih ini, tentunya harus diadopsi setiap investor yang masuk ke Indonesia.
Selain itu, SKK Migas juga menargetkan penanaman pohon 1,7 juta setahun. Sampai saat ini sudah tercapai 70 persen.
Sr Manager Operation Engineering PHR, Erwin Sianturi mengatakan transisi energi adalah suatu keharusan. Saat ini, kata Erwin energi terbarukan masih perintis dan skala studi.
Berbagai cara dilakukan saat ini. Salah satunya menjadikan PLTS menjadi sumber daya operasional. Erwin mengatakan ada perencanaan 25 MegaWatt, dari kebutuhan PHR sebanyak 400 MegaWatt.
Kebutuhan sumber daya operasional ini di PHR itu, untuk memenuhi wilayah kerja sebanyak 175 kilometer persegi di 7 wilayah yakni Rokan Hulu, Rokan Hilir, Bengkalis, Siak, Kampar, Pekanbaru dan Dumai.
Erwin mengatakan di Riau, paparan sinar mataharinya tidak terlalu tinggi seperti Jawa dan Bali. Namun, sangat bagus untuk PLTS.
“Tantangan yang kami hadapi adalah lahan. Sebab untuk 1 MegaWatt kami butuh 1 hektar. Namun, inilah bentuk komitmen kami akan transisi energi,” tuturnya. (*)