KABAREKONOMI.ID, Bali – Dampak dari pandemi Covid-19 sangat dirasakan sekali oleh semua sektor yang berkaitan dengan ekonomi hingga pariwisata. Kondisi ini pun menyebabkan ‘keputus-asaan’ dari para tenaga kerja yang fokus dalam bidangnya masing-masing. Salah satunya pramuwisata atau tour guide di Bali.
Bahkan, kondisi tersebut membuat para pramuwisata harus beralih profesi dalam bidang-bidang yang mereka kuasai. Hal ini, merupakan potret pengakuan dari pramuwisata di Pulau Dewata, Bali. I Wayan Subali, namanya.
Pria yang akrab disapa dengan Wayan ‘Kentir’ ini, mengaku sempat ‘membanting setir’ dan bekerja serabutan pasca-pandemi melanda Bali dan membuat kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman) menjadi turun drastis.
“Saya sempat berjualan apa saja. Mulai dari minuman es, makanan ringan hingga pakaian selama dua tahun lamanya (pandemi,red). Pokonya apa saja saya lakukan asal dapur ngebul,” terang pria berusia 41 tahun saat menemani perjalanan kami di Bali.
Dan pihaknya pun mengaku sangat bersyukur setelah ‘kran’ kunjungan wisatawan kembali dibuka, pasca-pandemi Covid-19 mereda.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ayu, Karyawan di The Magani Hotel dan Spa tempat kami menginap. Perempuan yang biasa disapa ‘Geg’ ini pun menegaskan sangat bersyukur telah ramainya kunjungan wisata ke Bali. Sebelumnya, tempatnya bekerja juga menerapkan pengurangan karyawan akibat sepinya wisatawan yang berkunjung.
“Iya sekarang sudah ramai gitu. Mulai-mulai ramainya itu, sekitar Maret atau April 2022 lalu ya. Dan kini sudah banyak tamu yang menginap. Ada 70 sampai 85 persen keterisiannya. Tapi biasanya penuh. Kita berdoa saja, Bali makin ramai dan banyak yang berwisata ke sini,” tegas perempuan asal Karangasem ini.
Miftahul Choiri, Kepala Tim Implementasi Kebijakan Ekonomi Daerah Bank Indonesia Kepri di sela-sela capacity building kehumasan di The Magani Hotel mengatakan, kondisi pariwisata di Bali dan Provinsi Kepri sangatklah berbeda. Namun kondisi pandemi selama dua tahun diakuinya sangat ‘memukul’ perekonomian Bali.
“Kepri tak terlalu bergantung pada pariwisata seperti Bali, sehingga pertumbuhan ekonominya cenderung lebih baik selama pandemi karena mengandalkan sektor manufaktur dan belanja domestik. Secara kunjungan wisman di Kepri, jauh di bawah Bali. Pada periode Januari-Juli 2022, kunjungan turis Kepri hanya 95 ribu yang didominasi turis Singapura. Sedangkan Bali, sudah menyentuh 894 ribu,” tegasnya.
Sebagaimana diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah wisman yang berkunjung ke Bali mencapai 276.659 kunjungan pada Agustus 2022. Angka ini naik 12,23 persen jika dibandingkan bulan sebelumnya.
Jumlah kunjungan wisman ke Bali ini pun menjadi rekor tertinggi semenjak pandemi Covid-19. Terlihat seperti pada grafik berikut. Berdasarkan pintu masuknya, wisman yang berkunjung ke Bali melalui udara tercatat sebanyak 276.627 kunjungan, sementara yang melewati laut tercatat sebanyak 32 kunjungan.
Berdasarkan negara asalnya, wisman yang paling banyak berkunjung ke Bali pada Agustus 2022, yakni wisman yang berasal dari Australia sebanyak 79.102 kunjungan. Diikuti oleh wisman asal India 20.731 kunjungan, Prancis 19.235 kunjungan, Inggris 18.642 kunjungan, dan Jerman 15.555 kunjungan.
Keterpurukan Bali tak lepas dari ketergantungan pada pariwisata. Pariwisata yang diwakili sektor akomodasi, makanan dan minuman. Pada 2019, sektor ini memegang kontribusi hingga 23,7 persen. Pada 2020, sektor ini jungkir balik jatuh terkontraksi minus 27,52 persen. Kejatuhan sektor ini berefek panjang ke sektor lain yang kompak kontraksi.
Angka pengangguran pun melompat. Data BPS mencatat, sebanyak 2,57 orang menganggur di Bali gara-gara pandemi. Dari 1,21 persen angka pengangguran terbuka pada Februari 2020, menjadi 5,63 persen dalam tujuh bulan pada Agustus 2020.
Harapan pekerja pariwisata Bali tentang kebangkitan daerahnya sejalan dengan data terkini. Pada kuartal II 2022 perekonomian Bali kian menguat seiring dengan kebangkitan industri pariwisata. (ilm)