KABAREKONOMI.ID, Jakarta – Harga emas bergerak melemah sepanjang pekan ini. Pergerakan dolar Amerika Serikat (AS), masih memanasnya inflasi AS, pernyataan hawkish pejabat bank sentral AS The Federal Reserve/the Fed sukses membuat harga emas turun pekan ini.
Dalam sepekan, harga emas sudah ambrol 3,11% secara point to point. Sementara selama sebulan, harga emas turun 1,08% dan longsor mencapai 10,21% dalam setahun terakhir.
Pelemahan emas memperpanjang tren negatif yang sudah berlangsung sejak perdagangan Kamis lalu (13/10/2022) yang turun 0,4% ke US$ 1.665,8 per troy ons. Meskipun sepanjang pekan ini, emas sempat menguat 0,43% pada perdagangan Rabu.
Pada perdagangan Jumat (14/10/2022), harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.641.76 per troy ons. Pelemahan hari ini memperpanjang tren negatif sang logam mulia.
Masih tingginya inflasi AS menjadi sentimen negatif bagi harga emas. Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan inflasi AS mencapai ke 8,2% (year-on-year/yoy) pada September.
Laju inflasi memang lebih rendah dibandingkan pada Agustus yang tercatat 8,3% (yoy) tetapi masih di atas ekspektasi pasar yakni 8,1% (yoy).
Secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi tercatat 0,4% pada September atau meningkat dibandingkan pada Agustus yang tercatat 0,1%. Inflasi inti menyentuh 6,6 % (yoy) pada September, level tertingginya sejak 1982 atau 40 tahun terakhir.
Inflasi yang masih tinggi menghapus harapan pelaku pasar jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan segera melonggarkan kebijakan.Dengan inflasi tinggi, The Fed bahkan diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan secara signifikan pada November dan Desember mendatang.
“Sebelumnya ada optimis menjelang pengumuman inflasi. Namun, apa yang terjadi di luar harapan. Ini jelas tidak baik bagi emas,” tutur Meger, kepada Reuters.
Kenaikan suku bunga acuan The Fed akan melambungkan dolar AS dan yield surat utang pemerintah AS. Dua faktor ini sama-sama berdampak negatif ke emas.
Penguatan dolar AS membuat emas semakin mahal sehingga tidak menarik. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan yield obligasi pemerintah AS membuat emas tidak menarik.
Analis Kitco Metals Jim Wyckoff mengingatkan emas masih rawan pelemahan karena The Fed hampir pasti menaikkan suku bunga secara agresif pada 1-2 November mendatang.
“Data inflasi menegaskan jika The Fed memang benar mengenai keyakinan mereka jika inflasi masih belum terkendali,” tutur Wyckoff, seperti dikutip dari Reuters