KABAREKONOMI.ID, JAKARTA – Meski masih merugi, kinerja PT Bank KB Bukopin Tbk. (BBKP) mulai terlihat membaik sepanjang 2021. Hal itu terlihat dari menyusutnya kerugian yang dialami perseroan dari tahun 2020.
Berdasarkan laporan publikasi perseroan, Bank KB Bukopin membukukan rugi bersih secara konsolidasi sebesar Rp2,28 triliun sepanjang 2021.
Rugi tersebut mengempis 30 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari tahun 2020 yang harus menanggung rugi sebesar Rp3,25 triliun.
Penurunan tersebut sejalan dengan turunnya pendapatan bunga dan beban bunga, serta naiknya pendapatan bunga bersih.
Bank yang kini dikendalikan KB Kookmin Bank dengan komposisi pemegang saham 67 persen itu, tercatat mengalami penurunan pendapatan bunga sebesar 21 persen yoy, dari semula Rp5,30 triliun menjadi Rp4,21 triliun.
Beban bunga juga ikut menyusut 29 persen yoy menjadi Rp3,38 triliun, dari sebelumnya Rp4,75 triliun. Sementara itu, pendapatan bunga bersih naik 50 persen yoy.
Nilai itu, naik dari Rp552,05 miliar per Desember 2020 kini menjadi Rp829,51 miliar di posisi Desember 2021. Namun, kredit yang diberikan emiten bersandi BBKP secara konsolidasi turun 5 persen yoy, dari Rp56,87 triliun menjadi Rp54,23 triliun.
Jika melihat dari total aset, KB Bukopin secara konsolidasi tumbuh 12 persen yoy, dari Rp79,93 triliun menjadi Rp89,21 triliun.
Selanjutnya, Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Raya tumbuh 27 persen yoy, dari semula Rp44,05 triliun menjadi Rp55,82 triliun.
Adapun dana murah atau CASA (Current Account Saving Account) berupa giro dan tabungan yang mengalami penurunan sebesar 14 persen yoy, dari Rp14,05 triliun menjadi Rp12,11 triliun.
Selain itu, BBKP secara konsolidasi tercatat memiliki modal inti (tier 1) senilai Rp10,01 triliun per Desember 2021, atau naik 55 persen yoy dari sebelumnya Rp6,45 triliun di posisi yang sama 2020.
Dari sisi rasio kinerja, perseroan secara individual mencatat rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) gross sebesar 10,66 persen dan 4,91 persen secara net.
Lalu, net interest margin (NIM) KB Bukopin menjadi -36,01 persen dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) naik menjadi 1 persen. (BSN)