KABAREKONOMI.ID, Batam – PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI), salah satu subholding PT Pertamina (Persero) memperkuat kerjasama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) dalam pelestarian satwa di Papua Barat.
Kerjasama yang ditandai dengan pelepas liaran 83 burung ini merupakan salah satu bentuk komitmen KPI dalam melaksanakan parameter Environmental Social Governance (ESG) dalam upaya melestarikan keragaman hayati.
General Manager Refinery Unit VII Kasim Yusuf Mansyur mengemukakan kerjasama ini sejalan dengan kebijakan keberlanjutan, di mana dalam menjalankan operasinya, perusahaan tetap mengedepankan aspek kehati-hatian di bidang lingkungan.
“Langkah ini selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs) ke 15 yaitu Ekosistem Daratan, di mana secara spesifik kegiatan tersebut adalah upaya menghentikan kehilangan keanekaragaman hayati,” kata Yusuf di Taman Wisata Alam, Sorong, Papua Barat, Kamis (27/10/2022).
Kerja sama KPI Kilang Kasim bersama BBKSDA sendiri sudah terjalin sejak 2018 lalu. Kerja sama ini dilakukan untuk melestarikan satwa endemik secara insitu dan eksitu, dengan total komitmen dana hingga Rp 2,6 miliar.
Khusus pada tahun ini, KPI kembali menyalurkan komitmen dana tersebut mencapai Rp 500 juta untuk revitalisasi klinik karantina satwa, pengadaan alat pendukung pelepasliaran, alat pengamatan satwa, serta dukungan operasional klinik, dan rekrutmen dokter karantina hewan.
KPI sendiri dalam dua tahun terakhir telah membantu pembangunan klinik satwa, kandang karantina, dan kandang penyelamatan satwa selama periode 2021 dan 2022.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala BBKSDA Johny SAntoso mengemukakan, infrastruktur bantuan KPI merupakan bagian dari rantai konservasi satwa endemik yang dikembalikan masyarakat ke BBKSDA karena dipelihara secara ilegal.
“Bantuan PT Kilang Pertamina Internasional ini sangat membantu kita dalam upaya konservasi, perawatan dan kegiatan pelepasliaran,” kata Jhony.
BBKSDA Provinsi Papua Barat sendiri saat ini mengelola 28 kawasan konservasi di atas 1,7 juta hektar lahan yang tersebar di 13 kota dan kabupaten. Jhony berharap, kerja sama ini bisa memperkuat sinergi antar lembaga dalam konservasi satwa endemik Papua Barat.
Sebagai informasi, WWF sendiri mencatat bahwa populasi hewan liar anjlok hingga 70% selama 50 tahun terakhir. WWF juga menyebutkan populasi yang berkurang ini disebabkan karena aktivitas manusia.
Berdasarkan data WWF Living Planet Index merinci dari 32.000 populasi hewan, tersisa 5.000 spesies mamalia, burung, amfibi, reptil, dan ikan, yang penurunannya paling cepat.
“Di wilayah kaya keanekaragaman hayati seperti Amerika Latin dan Karibia, bahkan angka kehilangan populasi hewan mencapai 94%,” jelas WWF..(**)