Home » PGN Konsisten ‘Genjot’ Jaringan Gas, Meski LPG Dikonversi Jadi Kompor Listrik

PGN Konsisten ‘Genjot’ Jaringan Gas, Meski LPG Dikonversi Jadi Kompor Listrik

by bahar

KABAREKONOMI.ID, Batam – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN menegaskan akan tetap komnsisten membangun jaringan gas (jargas) rumah tangga, yang sesuai rencana meski pemerintah dan PT PLN (Persero) sedang gencar mendorong penggunaan kompor listrik.

Kepala Divisi Corporate Communication PGN Krisdyan Widagdo Adhi mengatakan kompor listrik akan memberikan tambahan opsi bagi masyarakat untuk memasak, mulai dari LPG hingga jargas.

“Jargas akan tetap berjalan, kompor listrik juga akan berjalan, dan masyarakat pasti akan punya segmentasi sendiri tentu sesuai kemampuan dari masing-masing, preferensi calon konsumen seperti apa. Intinya semua ini bertujuan untuk mengurangi defisit neraca energi nasional,” ungkap Krisdyan.

Manajemen mengaku telah membangun jargas sebanyak 700 ribu sambungan rumah (SR). Sebagian besar atau sekitar 500 ribu SR dibangun dengan dana APBN dan 200 ribu SR dibangun melalui skema investasi PGN.

“Kemudian PGN sendiri rencananya tahun ini sedang upayakan mencapai target tambahan 400 ribu SR. 400 ribu SR ini menggunakan skema investasi internal PGN,” ujar Krisdyan.

Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), sambung Krisdyan, pemerintah menargetkan pembangunan jargas hingga 4,7 juta SR pada 2025 mendatang.

“(Ada) 270 juta orang (di Indonesia), se-masif apakah (kompor listrik), jargas saja target 4,7 juta SR masih berjuang terus. Jadi ini lebih kepada semangat bahwa kami selaras dengan pemerintah dan PLN bahwa diversifikasi energi penting. Masyarakat diberikan pilihan gunakan energinya,” jelas Krisdyan.

Sementara, Krisdyan mengatakan untuk tarif jargas sendiri ditetapkan sebesar Rp10 ribu per meter kubik. Tarif itu berlaku bagi jargas yang dibangun dengan dana internal PGN.

Untuk tarif jargas yang infrastrukturnya dibangun dengan APBN ditetapkan sebesar Rp4.500 per meter kubik dan Rp6.000 per meter kubik.

“Jargas yang menggunakan dana APBN ini biasanya APBN sudah capture pasarnya. Misalnya permintaan dari walikota atau bupati. Masyarakat tidak bisa memilih karena tergantung keaktifan wilayah masing-masing mengajukan ke Kementerian ESDM,” papar Krisdyan.

Sebelumnya, Plt Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan pemerintah sedang melakukan uji coba konversi gas LPG 3 kg ke kompor listrik.

Dadan mengatakan uji coba akan dilakukan di tiga kota, yakni Denpasar, Solo, dan salah satu kota di Sumatera. Uji coba akan dilakukan dengan kompor listrik dua tungku dengan kapasitas 1.000 watt.

“Uji coba dilakukan oleh PLN jadi dibuatkan jaringan khusus di rumah untuk kompor,” ujar Dadan.

Sementara, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan negara bisa berhemat Rp10,21 triliun per tahun jika 15,3 juta pengguna LPG 3 kg beralih ke kompor induksi atau listrik.

Menurut dia, penghematan ini berasal dari pengurangan impor LPG yang terjadi akibat peralihan tersebut. Maka dari itu, ia berharap program kompor listrik bisa segera diimplementasikan.

Darmawan menargetkan 300 ribu pelanggan LPG 3 kg beralih ke kompor listrik tahun ini. Lalu, bertambah menjadi 5 juta sampai 10 juta per tahun.

“Ini manfaat program konversi kompor induksi sesuai arahan rapat kabinet terbatas oleh Menko Airlangga. Jadi ini program pemerintah sebagai suatu energi strategy and policy,” tutup Darmawan. (ilm)

Baca Juga