Home » Resesi Mengacam Ekonomi Jerman

Resesi Mengacam Ekonomi Jerman

by Tia

KABAREKONOMI.ID, Batam – Sejumlah negara di Eropa menghadapi resesi. Salah satunya Jerman. Negara dengan teknologi termodern di dunia ini kini menghadapi serangkaian ujian berat. Usai pandemi Covid-19 yang banyak memakan korban jiwa dan terpengaruh ke keuangan negara, kini perang Rusia-Ukraina juga berdampak parah terhadap negara itu.

Melalui laporan Outlook Ekonomi Dunia (WEO), IMF mengatakan, sejumlah negara di Eropa, termasuk Jerman dan Italia kini memasuki resesi dan secara teknis, akan semakin parah di 2023. Demikian dilansir dari DW, Rabu 919/10/2022).

Mengantisipasinya, Pemerintah Jerman memangkas sejumlah proyeksi untuk tahun ini dalam menghadapi kontraksi ekonomi tahun depan.
Kementerian ekonomi Jerman memprediksi, Produk Domestik Bruto (PDB) Jerman tahun ini masih akan tumbuh sekitar 1,4 persen, namun kemudian menyusut di kisaran 0,4 persen tahun depan.

Prediksi ekonomi ini sangat jauh dari proyeksi pada akhir April 2022, yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Jerman pada kisaran 2,2 persen tahun ini, dan sekitar 2,5 persen tahun depan.

Selain itu, inflasi negara ini juga cukup tinggi akibat krisis pasokan energi, sehingga mengakibatkan naiknya naiknya harga energi. Krisis ini memperparah pertahananan perekonomian Jerman.

Seperti diketahui, resesi menjadi penanda titik balik penurunan pertumbuhan, ketika kapasitas produksi tidak lagi diserap pasar, karena tingkat ekspor perdagangan luar negeri menurun serta permintaan barang dan jasa di dalam negeri juga menyusut.

Skenario inilah yang diramalkan akan segera terjadi di Jerman dan di sebagian besar negara Eropa lainnya, karena harga energi yang melambung tinggi menghabiskan terlalu banyak daya beli, di saat konsumen mengalami kekurangan uang.

Dalam tiga bulan pertama tahun 2022, output ekonomi Jerman meningkat sebesar 0,2 persen.

Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan, PDB negaranya diyakini telah menyusut pada kuartal ketiga, dan diperkirakan akan kembali menyusut pada kuartal keempat tahun ini, dan menyusut lagi pada kuartal pertama 2023 mendatang.

Jika resesi terjadi dalam periode cukup panjang, hal ini dapat berubah menjadi depresi atau krisis ekonomi yang nyata. Angka pengangguran dan jumlah kebangkrutan akan meningkat, pasokan barang akan menumpuk di gudang, mengakibatkan krisis keuangan, kehancuran pasar saham, serta kegagalan bank, semua itu akan melengkapi skenario mimpi terburuk dunia. (*)