KABAREKONOMI.ID, Batam – Tanah Air Indonesia memiliki kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat melimpah, termasuk ‘harta karun’ strategis. Potensi tersebut harus dilakukan dengan mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satunya Pemerintah dalam hal ini Presiden RI Joko Widodo (Joko Widodo) belakangan sudah memerintahkan akan segera menyetop ekspor timah ke luar negeri. Hal ini untuk mengembangkan hilirisasi timah yang diketahui baru mencapai 5%.
Sehingga, Indonesia dipastikan akan mendapatkan keuntungan ekspor dari timah yang sudah dihilirisasi mencapai 6 kali lipat. Maklum, Indonesia diketahui menjadi penghasil terbesar ke-2 timah setelah China.
Kementerian ESDM mencatat, pelarangan ekspor timah itu mengarah ke jenis timah batangan atau Tin Ingot 99,99% atau Sn 99,99. Hal itu dikatakan langsung oleh Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara (Minerba) Irwandy Arif.
“Larangan ekspor sudah mengarah kepada Tin Ingot yang memang sudah 99,99%. Sudah lama kita tidak boleh ekspor bijih timah betul sudah lama dilarang. Masalahnya interpretasi timah batangan keinginan Presiden supaya industri lebih ke hilir Tin Solder, Tin Plate, Tin Chemical,” ungkap Irwany kepada CNBC Indonesia dalam Mining Zone, dikutip Minggu (30/10/2022).
Memang, pelarangan ekspor timah dengan jenis tersebut belum diberlakukan. Pasalnya, saat ini pemerintah sedang membentuk tim Kelompok Kerja (Pokja) Timah untuk menganalisis hasil dari rencana hilirisasi timah tersebut.
Irwandy menyatakan, Presiden Jokowi sedang menunggu hasil dari Pokja Timah tersebut. Presiden Jokowi dikabarkan meminta kepada Pokja Timah untuk menyelesaikan hasil dari diskusi mengenai pelarangan ekspor tersebut dalam waktu 1 bulan.
Melalui hilirisasi timah, Irwandy menggambarkan secara konkret bahwa Indonesia bisa mendapatkan keuntungan 6 kali lipat. Contohnya: 1 ton konsentrat 78% timah itu harganya di 2021 mencapai US$ 12.000 per ton. Jika sudah berubah menjadi 1 ton timah kasar maka harganya akan menjadi US$ 22.000.
Kemudian, bila timah menjadi Tin Soldier dalam 1 ton harganya bisa mencapai US$ 124.000 per ton. “1 ton Sn-nya di dalam 1 ton Soldier itu menjadi US$ 130.000. Artinya ada peningkatan hampir 6 kali dari pada konsentrat timah di awal. Ini sangat berpengaruh bagi perekonomian Indonesia,” tandas Irwandy.
(**)