Home » Rupiah Sikat Dolar AS Saat The Fed Kaget Dengan Inflasi

Rupiah Sikat Dolar AS Saat The Fed Kaget Dengan Inflasi

by Tia

KABAREKONOMI.ID, Batam – Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan Kamis (13/10/2022). Indeks dolar AS yang mulai menurun membuat rupiah mampu menguat.
Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka menguat 0,07% ke Rp 15.345/US$. Penguatan kemudian bertambah menjadi 0,1% ke Rp 15.340/US$ pada pukul 9:04 WIB.

Indeks dolar AS pagi ini sempat turun 0,15%, padahal rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) menunjukkan suku bunga tinggi akan ditahan dalam waktu yang lama.

Dalam notula tersebut tersurat para anggota The Fed terkejut dengan laju kenaikan harga yang cepat, sehingga menginginkan suku bunga akan tetap tinggi sampai inflasi menurun.

“Para partisipan menilai Komite perlu bergerak (menaikkan suku bunga), dan menahannya, kebijakan moneter yang lebih restriktif untuk mencapai mandat tenaga kerja maksimum dan stabilitas harga,” tulis notula tersebut sebagaimana dilansir CNBC International.

Dengan suku bunga ditahan di level tinggi, ada risiko resesi bisa semakin panjang, hal ini membuat dolar AS bisa menjadi primadona. Meski demikian, the greenback masih belum melaju kencang lagi.

Ada pendapat berbeda dari analis dari Moody’s Analytics yang melihat dalam 6 bulan ke depan tekanan inflasi di Amerika Serikat akan mereda.

“Inflasi berdasarkan indeks harga konsumen (IHK), akan turun dari level saat ini sekitar 8% menjadi 4%,” kata Mark Zandi, kepala ekonom Moody’s Analytics dalam acara “Fast Money” CNBC International, Rabu (12/10/2022).

Menurut Zandi, yang cukup sulit dilakukan adalah membawa inflasi mencapai target The Fed sebesar 2%.

“Bagian yang sulit adalah membawa inflasi dari 4% turun ke target The Fed. Dan, untuk IHK target akhirnya kemungkinan di 2,5%” tambahnya.

Selain itu, Zandi percaya kebijakan yang dilakukan The Fed kali ini membawa perekonomian ke jalur yang tepat. Penurunan inflasi nantinya diperkirakan bisa mencegah terjadinya resesi.

Ia juga memprediksi suku bunga The Fed akan mencapai 4,5% – 4,75% di akhir tahun nanti, dan menahannya di level tersebut.
(**)

Baca Juga