KABAREKONOMI.ID , Batam – Pemerintah Indonesia dipastikan akan memperpanjang kontrak suplai gas ke Singapura dari tahun 2023 sampai tahun 2028. Namun, suplai gas ke negeri Singa itu akan mengalami pemangkasan hingga 30% – 40%.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto membeberkan terpangkasnya volume di kontrak terbaru ini mempertimbangkan adanya peningkatan permintaan gas di dalam negeri. Dengan begitu maka pasokan gas akan lebih banyak diprioritaskan untuk pasar domestik.
“Karena dalam negerinya industrinya meningkat, Pupuk minta tambah, kemudian Jawa Barat juga naik. Sumatera bagian Tengah itu kan kelebihannya itu dia juga harus memenuhi Jawa Barat melalui pipa,” ujarnya ditemui di Gedung Kementerian ESDM baru-baru ini.
Selain itu, menurut Dwi kebijakan ekspor gas ke luar negeri dilakukan supaya produksi gas terus berjalan. Apalagi harga gas yang dijual ke Singapura mengalami peningkatan dibandingkan kontrak sebelumnya.
Adapun, proses penandatanganan kontrak perjanjian jual beli gas sendiri diharapkan dapat rampung dalam waktu dekat. Mengingat kontrak penjualan gas ke Singapura akan berakhir pada 2023 mendatang.
“Mungkin sebentar lagi lah (ditandatangani) karena dia akan berakhir 2023, kalau gak setelah disetujui kan nanti harus pindah ke LNG kan, kita harus siapkan infrastrukturnya,” ujarnya.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebelumnya memastikan Indonesia bakal memperpanjang kontrak penjualan gas ke Singapura. Adapun kontrak gas yang sedianya berakhir pada 2023 tersebut selanjutnya akan diperpanjang hingga lima tahun ke depan atau hingga 2028.
Menteri ESDM Arifin Tasrif membeberkan bahwa Singapura telah meminta bantuan agar Indonesia tetap memasok gas bumi. Mengingat negeri Singa masih memiliki ketergantungan yang cukup tinggi terhadap sumber gas RI. “Kita masih ada gasnya jadi kita kasih, jadi perpanjang 5 tahun. 5 tahun dulu. Kita punya pasokan ada yang perlu kita kan harus bantu membantu,” ungkap Arifin.
Arifin menilai jangka waktu kontrak penjualan gas ke Singapura hingga lima tahun mendatang mempertimbangkan kondisi pasok gas yang ada di dalam negeri. Bahkan volume yang diekspor untuk kontrak terbaru ini akan mengalami penurunan dibandingkan kontrak yang sebelumnya. “Nggak sama, karena demand dalam negeri lagi naik kemudian juga sumur-nya juga udah mulai berkurang produksinya. Demand dalam negeri makin banyak,” kata Arifin.