KABAREKONOMI.ID, Batam – Harga emas dunia berbalik arah. Setelah sempat menyentuh US$ 1.726/troy ons pada Selasa (4/10/2022) pekan lalu, harganya terus melemah dalam 5 hari beruntun.
Pada perdagangan Rabu (12/10/2022), emas dunia kembali turun ke kisaran US$ 1.663/troy ons. Penurunan tersebut tentunya berdampak pada harga emas batangan di dalam negeri, termasuk produksi PT Aneka Tambang Tbk. atau yang dikenal dengan emas Antam.
Setelah merosot Rp 8.000/gram kemarin harga emas Antam hari ini stagnan. Emas dengan berat 1 gram tetap dijual Rp 941.000/batang.
PT Antam menjual emas mulai ukuran 0,5 gram hingga 1.000 gram. Harga jual tersebut belum termasuk pajak 0,9% bagi pembelian tanpa menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan 0,45% dengan NPWP.
Stagnannya harga emas Antam tidak lepas dari nilai tukar rupiah yang terus merosot. Pelemahan tersebut membuat harga emas dunia menjadi lebih mahal. Sehingga, meski harga emas dunia terus menurun, tetapi diimbangi dengan pelemahan rupiah, membuat harga emas batangan di dalam negeri menjadi lebih stabil.
Penurunan harga emas dunia diperkirakan masih akan terus berlanjut, sehingga berisiko menyeret harga emas batangan di dalam negeri.
Ekonom OANDA Craig Erlam mengatakan emas seperti tidak kuat menahan gempuran dolar Amerika Serikat (AS) dan yield surat utang pemerintah AS.
Indeks dolar menguat ke posisi 113,35 atau level tertingginya sejak 27 September 2022. Posisi tersebut juga masih ada dalam kisaran tertingginya dalam 20 tahun terakhir. Sementara itu, yield surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun melonjak ke 3,95% pada penutupan perdagangan kemarin. Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak 27 September 2022.
Melonjaknya dolar AS akan membuat emas tidak menarik karena harga emas menjadi lebih mahal. Emas juga tidak menawarkan yield seperti surat utang pemerintah AS sehingga harga emas jatuh setiap kali yield naik.
“Sangat sulit menciptakan faktor bullish bagi emas. Saat ini jelas bukan kondisi yang ideal bagi emas. Kita lihat dolar AS dan yield terus menguat dan mereka menghukum emas dengan membuatnya melemah,” tutur Erlam, seperti dikutip dari Reuters.
(**)