KABAREKONOMI.ID, TANJUNGPINANG – Badan Pengurus Wilayah (BPW) Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) dan Dewan Kebudayaan Kota Makassar (DKKM), sepakat menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) tentang pengembangan kebudayaan Sulawesi Selatan (Sulsel) di Provinsi Kepri.
Nota Kesepahaman tersebut, ditandatangani oleh Ketua BPW KKSS Kepri, Ady Indra Pawennari dan Pengurus DKKM, Prof. Dr. Andi Ima Kesuma, M.Pd di ruang pertemuan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Kepri, Minggu (25/08/2024) malam.
Prof. Andi Ima Kesuma, adalah tokoh budayawan, sejarawan asal Sulawesi Selatan, sekaligus akademisi yang telah berpengalaman dan berkontribusi dalam penulisan sejumlah buku budaya dan sejarah tentang kebudayaan Sulawesi Selatan, seperti buku Legacy Tana Luwu dan Migrasi Orang Bugis.
Dalam pertemuan tersebut, Prof. Andi Ima Kesuma berbagi pengetahuan dan wawasan terkait kebudayaan dan sejarah Bugis dan Melayu di Kepri, dimana betapa besarnya legacy serta warisan budaya yang diwariskan oleh para leluhur orang Bugis sejak zaman dahulu.
Sebagai komitmen melestarikan kebudayaan sebagai warisan kepada generasi penerus, BPW KKSS Kepri berkolaborasi dengan DKKM serta menandatangani nota kesepahaman atau MoU terkait pelestarian kebudayaan dan sejarah Sulawesi Selatan di Kepri.
Adapun beberapa ruang lingkup kerjasama BPW KKSS Kepri dan DKKM yang tertuang sebagai berikut :
1. Pelestarian seni dan budaya, seperti melakukan dokumentasi dan inventarisasi budaya tak benda dan jejak sejarah kebudayaan Sulawesi Selatan di Kepri;
2. Pengembangan SDM, seperti memberikan akses seluas – luasnya kepada generasi muda mempelajari kebudayaan Sulsel di Kepri;
3. Pembinaan komunitas, seperti membina dan memperkuat jaringan komunitas Sulsel di Kepri;
4. Promosi dan publikasi, seperti publikasi dan menerbitkan buku yang berkaitan dengan jejak sejarah kebudayaan Sulsel di Kepri.
Ditemui usai kegiatan, Prof. Andi Ima Kesuma menjelaskan alasan DKKM menjalin kerjasama dengan KKSS Kepri. Menurutnya, KKSS Kepri memiliki peran penting, untuk memperjelas benang merah kebudayaan Sulsel di Kepri.
“KKSS Kepri harus dilibatkan dalam hal ini, karena KKSS Kepri yang akan menyambung benang merah kebudayaan yang mungkin mulai merenggang. Tentu banyak faktor ya, bagaimana kolaborasi ini nantinya bisa menjadi warisan budaya untuk generasi kedepan,” ungkapnya..
Prof. Ima melanjutkan, hubungan Provinsi Sulsel dan Provinsi Kepri terjalin dengan erat sejak dulu, sebagaimana yang terkandung dalam sumpah setia Melayu – Bugis.
“Maka ini penting untuk kita angkat ke permukaan, dari mulai penerbitan buku, pembuatan film, serta inventarisasi naskah kuno, kebudayaan tangible dan intangible-nya, kita tahu, di kota Tanjungpinang banyak menyimpan literasi budaya yang berkenaan dengan filosofi orang bugis, dari mulai pendidikan, politik dan cara berkehidupan,” katanya.
Saat disinggung tanggapannya terkait kebudayaan di Kepri, Prof. Ima memberikan penilaian positif untuk negeri yang berjuluk Segantang Lada itu.
“Akulturasi yang baik, jika ingin melihat miniatur nusantara, maka lihatlah Kepri,” pungkasnya.
Ditempat yang sama, Ketua BPW KKSS Kepri, Ady Indra Pawennari menyambut baik kolaborasi yang dibangun antara KKSS Kepri dan DKKM tersebut.
“Tentunya kita sambut baik kedatangan DKKM di Kepri, banyak harapan kita dengan Prof Ima dan rekan – reka DKKM ini, karena beliau memiliki kompetensi terkait kebudayaan, apalagi beliau akan menerbitkan buku tentang jejak sejarah lima Opu Daeng di Kepri dan akan kita dukung itu,” tegas Ady.
Ady meneruskan, dukungan yang telah dituliskan dalam nota kesepahaman tentunya akan dilaksanakan sebaik mungkin agar kolaborasi tersebut menghasilkan karya dan warisan budaya yang monumental untuk generasi mendatang.
“Seperti yang telah ditulis dan ditandatangani dalam MoU tadi, salah satu dukungan kita adalah bertukar informasi terkait perkembangan kebudayaan Sulsel di Kepri,” pungkasnya.(**)