KABAREKONOMI.ID, Batam – Toyota Indonesia mengomentari kesan ‘berantem’ antara teknologi mobil hybrid dan mobil listrik di Tanah Air. Menurut merek terlaris di dalam negeri ini pengembangan elektrifikasi di Indonesia perlu transisi yang harus dijalankan bertahap.
“Jadi ada milestone yang dijalani. Tidak bisa melompat-lompat. Seperti manusia lahir, belajar isep dulu, minum, menggigit, mengunyah, baru berlari. Tidak bisa baru lahir langsung lari,” kata Bob Azam, Direktur Corporate Affairs PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Selasa (11/10).
Ia mengatakan dalam masa transisi akan ada tahap yang dibangun yaitu ekosistem, sehingga nantinya semua hal menyangkut kendaraan listrik akan siap di kemudian hari.
Bob menyoroti sejumlah fenomena kendaraan elektrifikasi yang terkesan ‘berantam’ satu sama lain.
Hal ini merujuk pada teknologi hybrid yang kini sedang dikembangkan Toyota dan merek Jepang lainnya di Indonesia dengan listrik murni yang sedang dikerjakan wakil Korea Selatan, Hyundai, serta China, Wuling dan DFSK.
“Kalau kita kan dibikin berantem antara Hybrid sama BEV. Masa ada teknologi yang berantem?” ucap Bob.
Ia menilai seharusnya semua teknologi kendaraan elektrifikasi saling mendukung.
“Jadi masing-masing saling mendukung sehingga tercipta ekosistem yang baik,” ungkap Bob.
Masih ‘Cekcok’ dengan Toyota, Pindad Tetap Suplai Maung untuk Brimob
Bob memberi contoh negara tetangga, Thailand, yang perlahan siap masuk era kendaraan elektrifikasi.
Bahkan di sana dikatakan telah memiliki sistem untuk menangani limbah baterai kendaraan listrik.
“Di Thailand itu sudah ada recycle baterai. Di sana Toyota recycle 1000 baterai per tahun. Dan udah ada second line baterai yang harganya sepertiga. Jadi eksosistem terbentuk. Jadi bagaimana kita membangun ekosistem yang baik,” ungkapnya.
(**)