Home » Tren Pinjaman Online Meningkat di Momen Ramadhan dan Lebaran 2024. Ini Buktinya

Tren Pinjaman Online Meningkat di Momen Ramadhan dan Lebaran 2024. Ini Buktinya

by bahar
Ilustrasi Pinjol

KABAREKONOMI.ID, JAKARTA – Tren peningkatan permintaan terhadap pinjaman online (pinjol) menjadi topik hangat, terutama saat bulan Ramadan dan Lebaran 2024, di mana masyarakat Indonesia mengalami peningkatan kebutuhan finansial.

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Bank BTPN menunjukkan bahwa prevalensi penggunaan pinjol oleh masyarakat digital savvy (mereka yang terbiasa dengan penggunaan teknologi,red) mengalami lonjakan signifikan.

Survei yang berjudul “Jenius Study: Perilaku Digital Savvy selama Ramadhan & Jelang Idul Fitri 2024” ini dilaksanakan dari tanggal 28 Februari hingga 18 Maret 2024 dan melibatkan 233 responden berusia 17-40 tahun dari berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Jabodetabek dan kota-kota besar lainnya seperti Bandung, Surabaya, Sidoarjo, Semarang, Medan, Palembang, Makassar, Manado, hingga Aceh.

Hasil survei tersebut mengejutkan, sebanyak 35% responden menyatakan berencana untuk mengambil pinjaman selama bulan Ramadan, meningkat 13% dari tahun sebelumnya.

Ilustrasi Pinjol
Ilustrasi Pinjol

“Kebutuhan untuk menyambut Lebaran menjadi alasan utama, dengan 60 persen responden mengindikasikan hal tersebut,” ujar Febru Rusli, Kepala Digital Banking Partnership Bank BTPN.

Selain itu, tujuan pengambilan pinjaman juga mencakup modal usaha (46%) dan renovasi rumah (18%).

Fenomena ini sejalan dengan proyeksi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan asosiasi terkait yang memprediksi peningkatan distribusi pinjaman oleh perusahaan fintech P2P Lending pada tahun 2024, meskipun diperkirakan pertumbuhannya akan lebih moderat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Potensi Kredit Macet dan Gagal Bayar

Menurut data Statistik P2P Lending Periode Januari 2024 yang dikeluarkan oleh OJK, industri fintech lending mencatatkan penurunan kinerja dengan rugi bersih sebesar Rp135,61 miliar di bulan Januari 2024, setelah sebelumnya mencatat laba bersih.

Laporan tersebut mencakup 101 penyelenggara pinjol dengan total aset mencapai Rp7,03 triliun, liabilitas Rp3,43 triliun, dan ekuitas Rp3,6 triliun per Januari 2024.

OJK juga mencatat penurunan rasio profitabilitas, dengan return-on-assets (ROA) sebesar -1,93% dan return-on-equity (ROE) sebesar -3,76%. Namun, tingkat keberhasilan bayar 90 hari (TKB90) masih terjaga di angka 97,05%, yang berarti tingkat wanprestasi 90 hari (TWP90) berada di angka 2,95%.

Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan risiko kredit macet yang mungkin meningkat seiring dengan turunnya pendapatan sebagian peminjam.

Ilustrasi Pinjol
Ilustrasi Pinjol

Dengan tingginya inflasi dan antusiasme masyarakat untuk mudik, pinjol menjadi solusi cepat yang dipilih banyak orang untuk memenuhi kebutuhan finansial mereka.

Peningkatan permintaan pinjol ini menjadi perhatian khusus bagi regulator dan penyedia layanan fintech P2P Lending untuk mengelola risiko dan memastikan praktik peminjaman yang sehat.

OJK terus mendorong inovasi dan pengawasan yang ketat untuk memastikan bahwa industri ini dapat berkembang dengan cara yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. (***)

Baca Juga