Home » Volatile Food Picu Inflasi di Kepri hingga 0,84 Persen di Juni

Volatile Food Picu Inflasi di Kepri hingga 0,84 Persen di Juni

by bahar
Wakil Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Musni Hardi K. Atmaja

KABAREKONOMI.ID, Batam – Indeks Harga Konsumen (IHK) Kepulauan Riau (Kepri) di bulan Juni, secara bulanan mengalami inflasi sebesar 0,84% (mtm), atau lebih tinggi dibandingkan bulan Mei 2022 yang mengalami inflasi sebesar 0,81% (mtm).

Wakil Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Musni Hardi K. Atmaja dalam keterangan resminya mengatakan, inflasi didorong oleh adanya kenaikan harga kelompok makanan bergejolak (volatile food).

“Khususnya aneka cabai dan telur ayam ras, kelompok komoditas yang harganya diatur pemerintah (administered prices) utamanya tarif angkutan udara, serta kelompok inti yang didorong oleh kenaikan harga air kemasan dan sabun/detergen,” terangnya.

Pada momen yang sama, tambahnya, IHK Nasional juga tercatat mengalami inflasi sebesar 0,61% (mtm), atau lebih tinggi dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,40% (mtm).

Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan Kepri pada Juni 2022 mengalami inflasi sebesar 5,89% (yoy), atau meningkat dibandingkan Mei 2022 sebesar 4,88% (yoy), dan berada di atas sasaran kisaran inflasi Nasional sebesar 3 ± 1% (yoy).

Wakil Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Musni Hardi K. Atmaja
Wakil Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Musni Hardi K. Atmaja

“Inflasi di Kepri pada Mei 2022, terutama bersumber dari kenaikan harga komoditas kelompok makanan, minuman dan tembakau utamanya aneka cabai dan telur ayam ras, serta kelompok transportasi utamanya tarif angkutan udara,” tegasnya.

Kenaikan aneka cabai disebabkan oleh kenaikan harga dari produsen, dan cabai yang busuk dalam pengiriman, serta berkurangnya hasil 20.17 01/07/2022panen akibat gangguan cuaca.

Adapun kenaikan tarif angkutan udara disebabkan oleh faktor musiman meningkatnya permintaan pada masa libur sekolah dan masih tingginya harga avtur.

“Secara spasial, Kota Batam dan Kota Tanjungpinang mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,84% (mtm) dan 0,80% (mtm),” tegasnya.

Dengan perkembangan tersebut, jelasnya lagi, secara tahunan Kota Batam mengalami inflasi sebesar 5,98% (yoy), dan Kota Tanjungpinang mengalami inflasi sebesar 5,27% (yoy).

Komoditas utama penyumbang inflasi di Kota Batam adalah aneka cabai dan angkutan udara, sedangkan komoditas penyumbang inflasi di Kota Tanjungpinang adalah aneka cabai dan telur ayam ras. (ilm)