KABAREKONOMI.ID, Batam – Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Wall Street bergerak bervariasi di awal perdagangan Kamis (27/10/2022) waktu setempat, merespon rilis data produk domestik bruto yang tumbuh di kuartal III-2022.
Indeks Dow Jones tercatat menguat 0,8%, sementara S&P 500 turun 0,3% dan Nasdaq merosot 1,2%.
PDB Amerika Serikat dilaporkan tumbuh 2,6% pada periode Juli – September lalu. Sementara pada dua kuartal sebelumnya, PDB tercatat terkontraksi 1,6% dan 0,6%, artinya secara teknis sudah mengalami resesi.
Dengan PDB yang tumbuh di kuartal III-2022, artinya Amerika Serikat lepas dari resesi. Tetapi, hal ini tidak serta merta disambut baik oleh para pelaku pasar. Sebab, dengan PDB yang tumbuh lebih tinggi dari ekspektasi Wall Street 2,3%, ada kemungkinan bank sentral AS (The Fed) akan terus agresif menaikkan suku bunga.
The Fed sepanjang tahun ini kenaikannya sebesar 300 basis poin, menjadi 3% – 3,25% dan masih akan terus berlanjut.
Pada November nanti, bank sentral paling powerful di dunia ini diperkirakan akan menaikkan lagi sebesar 75 basis poin menjadi 3,75% – 4%. Tidak cukup sampai di situ, kenaikan masih akan terus dilakukan hingga awal tahun depan.
Berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat ada probabilitas sebesar 43% suku bunga The Fed berada di level 4,75% – 5% pada Februari 2023.
Meski demikian, Wall Street Journal pekan lalu melaporkan adanya “perpecahan” di tubuh The Fed.
Beberapa pejabat The Fed secara terang-terangan juga sudah mengemukakan perbedaan pendapatnya.
Presiden The Fed San Francisco Mary Daly adalah salah satu pejabat yang menyuarakan keinginan agar The Fed bisa mengendurkan laju kenaikan suku bunga.Menurutnya, pelonggaran kebijakan diperlukan untuk mencegah ekonomi AS melambat lebih dalam.
“Pasar sudah mem-priced in kenaikan 75 bps lagi. Namun, saya ingin mengingatkan jika kenaikan suku bunga sebesar 75 bps tidak akan selamanya. Kita harus memastikan untuk tidak mengetatkan kebijakan terlalu ketat.Perang, perlambatan ekonomi Eropa, dan kenaikan suku bunga global akan berdampak ke ekonomi AS,” tutur Daly, berbicara dalam sebuah pertemuan yang diselenggarakan Universitas Berkeley California, seperti dikutip dari Reuters.
Hal ini membuat Wall Street bervariasi merespon rilis data PDB. Investor menanti kepastian ke mana arah kebijakan The Fed, apakah masih tetap agresif, atau mulai mengendur.
(**)