KABAREKONOMI.ID, JAKARTA – Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri bakal menindak tegas pegawai perseroan yang mencari keuntungan pribadi atau yang bermain sebagai calo dalam penjualan elpiji atau bahan bakar minyak (BBM).
Hal itu disampaikannya dalam Rapat Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di DPR Senin (3/2/2025).
Kementerian ESDM melalui Pertamina menjadi sorotan setelah kebijakan penghentian penjualan elpiji 3 kg di sektor pengecer berujung pada kelangkaan gas melon di sejumlah daerah.
“Jika ada kegiatan atau praktik yang berlangsung di Pertamina seperti mencari keuntungan dengan harus membayar dengan biaya tertentu, mohon untuk dilaporkan agar kita sikat habis,” kata Simon dalam Raker di DPR.
Dalam kesempatan itu, Simon menegaskan Pertamina tidak pernah menjual LPG nonsubsidi 3 kg. Adapun produk gas nonsubsidi yang dijual perseroan hanya kemasan 5,5 kg dan 12 kg yang berwarna pink maupun biru.
Hal itu membantah kabar beredar soal gas elpiji 3 kg berwarna pink bakal menggantikan gas melon yang kini tak lagi dijual di pengecer.
Ia membenarkan elpiji 3 kg pink memang pernah diuji coba selama enam bulan di pasar Jakarta dan Surabaya pada 2018 lalu. Uji coba itu hanya dengan stok terbatas yakni 2.000 tabung di Jakarta dan 1.000 tabung di Surabaya.
“Uji coba dilakukan untuk melihat pasar kepada kalangan menengah yang tentunya tidak disubsidi dan mendapatkan ukuran yang jauh lebih kecil,” tutur Simon. Oleh karena itu, ia memastikan kabar soal elpiji 3 kg berwarna pink yang beredar saat ini adalah hoaks.
Adapun Pertamina menjadi sorotan karena per 1 Februari 2025 lalu, LPG 3 kg tidak lagi dijual di pengecer.
Masyarakat hanya bisa membelinya di pangkalan resmi Pertamina dengan harga eceran tertinggi (HET) yang sudah ditetapkan. Hal ini sontak mengakibatkan kelangkaan elpiji di sejumlah daerah.(***)