KABAREKONOMI.ID – Aliran modal asing diperkirakan akan terus bergerak keluar (outflow) selepas pengumuman Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (the Fed) terkait suku bunga acuan yang naik sebesar 75 basis poin menjadi 3,75%-4%.
Hal ini disampaikan Faisal Rachman, Ekonom PT Bank Mandiri Tbk dalam risetnya, Kamis (3/11/2022). Menurutnya kenaikan suku bunga acuan AS dimungkinkan tidak akan berhenti di sini, namun sampai semester I-2023. Begitu juga dengan Eropa, karena masih tingginya inflasi.
“Semakin lama suku bunga tinggi meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan global, dan dengan demikian memicu arus keluar modal di pasar negara berkembang, termasuk pasar keuangan Indonesia, terutama di pasar SBN-nya,” jelasnya.
Sejak awal tahun hingga 27 Oktober 2022, berdasarkan catatan Bank Indonesia (BI) outflow yang terjadi di pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 177,08 triliun. Sementara di pasar saham masih inflow Rp 74,7 triliun. Faisal mengatakan, kaburnya asing membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bisa tertekan. Kini dolar AS sudah bertengger di level Rp15.600.
“Situasi ini memberikan tekanan pada stabilitas nilai tukar Rupiah meskipun harga komoditas yang tinggi memungkinkan Indonesia untuk terus mengalami serangkaian surplus perdagangan yang besar dan mencatat peningkatan aliran masuk FDI,” papar Faisal. Bank Indonesia harus mengantisipasi ini dengan kenaikan suku bunga acuan, yang diperkirakan menjadi 5,50% pada akhir 2022 dan 5,75% tahun depan.
Hal yang senada diungkapkan oleh Senior EVP Treasury and International Banking BCA, Branko Windoe. Tingkat yield SBN tenor 10 tahun kini berada di level 7,5%, seharusnya sudah menarik bagi investor. Hanya saja, ketidakpastian yang tinggi membuat investor lebih memilih menunggu dan melihat situasi ke depan.
“Yield SBN sekarang sudah menarik, jadi tinggal timing investor untuk masuk,” ujarnya saat berbincang dengan CNBC Indonesia. Pada pekan lalu, periode 24-27 Oktober, sudah ada inflow di pasar SBN sebesar Rp 0,21 triliun.
Salah satu ketidakpastian tersebut, yaitu mengenai suku bunga acuan AS yang masih berpotensi kembali naik pada Desember 2022. Branko berharap keputusan nanti sesuai dengan ekspektasi pasar. “Jadi investor kan gak mungkin masuk di akhir tahun, jadi baru tahun depan.”