Home » Amerika Serikat ‘Lirik’ Batam untuk Industri Semikonduktor

Amerika Serikat ‘Lirik’ Batam untuk Industri Semikonduktor

by bahar
Ilustrasi Industri Semikonduktor2

KABAREKONOMI.ID, BATAM – Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam) sedang bersolek agar Amerika Serikat (AS) memilih Pulau Batam menjadi tempat untuk membangun pabrik-pabrik industri semikonduktor.

Kepala Pusat Pengembangan BP Batam Irfan Syakir Widyasa menjelaskan, pemerintah sangat serius mengembangkan Batam. Salah satunya dengan menetapkan Batam sebagai kawasan perdagangan bebas dan ekonomi khusus.

Dalam Peraturan Presiden (Perpres) No. 1/2024, jelasnya, diatur rencana induk pengembangan Batam, Bintang, dan Karimun. Agar tiga pulau yang saling berdekatan itu tak saling bersaing, diatur spesialisasi perekonomian masing-masing.

“Untuk Batam, ke depannya lebih dispesialisasikan ke industri ringan namun bernilai tambah tinggi. Contohnya semikonduktor, data center, industri animasi,” jelas Irfan dalam diskusi Sinergi DPR RI dan Wartawan Parlemen dalam Mendukung Batam sebagai Kawasan Ekonomi Khusus di Kota Batam, dikutip Minggu (25/2/2024).

Khusus pengembangan industri semikonduktor, Irfan menjelaskan peluang untuk menarik investasi asing sangat besar. Alasannya, AS sedang mencari tempat untuk membangun pabrik-pabrik industri semikonduktor.

Ilustrasi Industri Semikonduktor2
Ilustrasi Industri Semikonduktor2

Menurut Irfan, AS sedang mengeluarkan pabrik-pabriknya dari China karena perang dingin antar dua negara adidaya tersebut.

Dia mengklaim, Batam menjadi salah satu lokasi yang dilirik AS.

“Bahkan DPR-nya Amerika sudah mengajarkan pertahun US$50 miliar untuk mencari negara mana. Ada enam negara yang sedang dipantau, salah satunya Indonesia. Dan Indonesia ini di mana? Di Batam,” ungkapnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan realisasi investasi penanaman modal asing 2023 di Batam mencapai US$295,9 juta yang berasal dari 3.551 proyek.

Lima negara yang paling banyak berinvestasi di Batam yaitu Singapura (US$366,5 juta), China (US$51,8 juta), Hongkong (US$ 41,7 juta), Prancis (US$40,8 juta), dan Jepang (US$ 22,7 juta). (*)

Baca Juga