KABAREKONOMI.ID, Batam – Indonesia masih menjadi negara tujuan investasi paling favorit di Asia Tenggara, sejalan dengan tingginya peluang pertumbuhan perekonomian di Indonesia.
Hal itu, diungkapkan oleh Partner, Private Equity of Kohiberts Kravis Roberts Jaka Prasetya yang mengatakan, dalam lima tahun terakhir Indonesia telah menerima sebesar US$ 24 miliar (Rp 368,7 triliun) dalam bentuk investasi, baik pada perusahaan unicorn maupun perusahaan lainya. “Itu mewakili 30% investasi pada negara di Asia Tenggara dan saya pikir masih dapat berkembang,” jelasnya kepada Investor Daily dalam BNI Investor Daily Summit 2022, Rabu (12/10/2022).
Sebagai seorang investor, Ia bercerita investasi yang dilakukan pertama kali yakni pada perusahaan pengelola ojek online yang bernama Gojek pada tahun 2014 di saat private equity lainya masih belum tertarik. “Dan saat ini kami bangga dan investasi yang dilakukan berhasil memgembangkan perusahaan tersebut dan mendapatkan untung,” ujarnya.
Ini yang menjadi alasan bagi Jaka untuk terus meningkat investasi karena pasar Indonesia yang sangat potensial. Ia juga menyebutkan bahwa saat ini investasi yang sudah digelontorkan oleh KKR di Indonesia hampir mencapai US$ 1 miliar pada perusahaan-perusahaan lintas sektor, sebut saja Sari Roti hingga perusahaan produsen ayam milik keluarga Handoyo yakni PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA).
Alasan lainya, lanjut Jaka, pasar Indonesia sudah terbentuk dan sangat kompetitif sehingga banyak investor lainnya yang juga ingin masuk ke Indonesia untuk berinvestasi, baik dalam investasi jangka panjang maupun dalam jangka pendek.
“Yang saya lihat pasar Indonesia sangat positif dan penuh potensi. Saya pikir Indonesia sudah memenuhi semua kategori untuk menjadi negara terbaik…dari keuntungan demografi atau kelas menengah,” kata dia.
Namun ia tidak menampik, bahwa untuk meyakinkan investor untuk lebih banyak masuk ke Indonesia merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Hal ini yang nantinya akan menjadi pekerjaan rumah dari pemerintah untuk meningkatkan kepercayaan investor. Jaka sebagai seorang investor memiliki perspektif untuk bertahan, semisal saat KKR berinvestasi pada perusahaan sektor consumer goods yang sedang tertekan akibat adanya inflasi.
“Yang jadi pertanyaanya, yang harus dilakukan oleh perusahaan yakni meningkatkan harga rata-rata agar biaya operasi menjadi efisien dan perusahaan dapat bertahan. Karena kami sebagai private equity merasa we can do slightly more karena realitas kalau ada kesempatan menaikan harga dan meningkatkan efisiensi maka itu akan berdampak sangat positif bagi perseroan dalam jangka panjang,” pungkasnya.
(**)