KABAREKONOMI.ID, Batam – Menjelang proses pencoblosan suara di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) se-Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), sejumlah tim pasangan calon (paslon) yang maju merilis sejumlah survey dari berbagai Lembaga berkompenten.
Dari sejumlah hasil Lembaga survey tersebut, masing-masing paslon diklaim mengungguli paslon lainnya dengan jumlah presentasi yang cukup menarik.
Sebut Saja paslon Ansar Ahmad-Nyayang Haris Pratamura, berdasarkan Lembaga Survei Indikator merilis hasil survei terbaru tingkat elektabilitas pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Kepulauan Riau periode 2025-2030 ini.
Hasil survei menunjukkan pasangan Ansar Ahmad-Nyayang Haris Pratamura unggul dengan tingkat elektabilitas 48,7 persen, sementara pesaingnya Muhammad Rudi-Aunur Rafiq 40,8 persen, dan tidak tahu/tidak jawab 10,5 persen.
Sementara itu, paslon Gubernur dan Wakil Gubernur Kepri nomor urut 2 H Muhammad Rudi (HMR) dan H Aunur Rafiq (Rudi-Rafiq) kembali unggul dalam survei terbaru.
Pasangan Rudi-Rafiq meraih dukungan 47,2 persen, berbanding 37,7 persen untuk petahana, dan 15,2 persen responden menjawab tidak tahu atau belum menjawab.
Hasil ini merupakan survei awal November 2024 yang dilakukan lembaga survei Konsep Indonesia atau Konsepindo. Sebagaimana diketahui, Konsep Indonesia (Konsepindo) Research & Consulting telah terdaftar sebagai anggota Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (PERSEPI).
Melihat kondisi tersebut, Pengamat Perpolitikan Provinsi Kepri, Zamzami A Karim menegaskan bahwa hasil survey yang dilakukan oleh berbagai Lembaga tersebut sah-sah saja. Mengingat, pihaknya memandang dalam Pilkada Provinsi Kepri tahun ini masuk dalam kategori persaingan yang sangat ketat.
“Sah-sah saja hasil survey ini. Dan hasil survey ini, tentunya menjadi booster bagi paslon untuk terus memperkenalkan dirinya ke masyarakat,” terangnya.
Zamzami juga mengatakan, untuk mengetahui hasil survey mana yang masuk dalam kategori ‘logis’, pihaknya perlu melakukan ‘pembedahan’ metodologinya hingga bagaimana teknik samplingnya.
“Biasanya untuk daerah seperti Kepri yang terdiri dari banyak pulau-pulau di 7 Kabupaten danKota, agar sampel dapat menggambarkan keseluruhan populasi ya mestinya dengan Multistage Random Sampling atau Proporsionate Random Sampling. Sehingga setiap wilayah terwakili sebagai sampel dan untuk standar error 3% sudah bisa memprediksi kondisi yg mendekati kenyataan,” tegasnya.
Selain itu, tambahnya, probing pada saat wawancara atau pengisian kuesioner juga menentukan bias atau tidaknya hasil survei. Mengingat, untuk mendapat hasil yang objektif, pertanyaan dalam kuesioner dan wawancara tidak boleh bersifat “mengarahkan”.
“Inilah yang mungkin menyebabkan perbedaan hasil survei satu lembaga dengan lembaga lainnya berbeda bahkan bertolak belakang. Semuanya, tergantung tim mana yang meng-hire lembaga survei tersebut,” tambahnya.
“Dalam kondisi persaingan 2 pasang calon yang sangat ketat, hasil survei tanpa bedah metodologis akan sulit kelihatan biasnya. Kesimpulannya Pilgub kali ini persaingannya ketat, selisih siapapun yang menang nanti pasti akan tipis,” tutupnya. (iman)