Home » Rupiah Kian Mendekati Level Rp 15.700/US$

Rupiah Kian Mendekati Level Rp 15.700/US$

by Tia
Ilustrasi Uang Rupiah

KABAREKONOMI.ID – Nilai tukar rupiah kembali tertekan di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pada pertengahan perdagangan Kamis (03/11/2022). Dengan begitu, rupiah telah terkoreksi empat hari beruntun.
Mengacu pada data Refinitiv, rupiah terkoreksi pada pembukaan perdagangan sebesar 0,12% ke Rp 15.644/US$. Kemudian, rupiah melanjutkan pelemahannya menjadi 0,26% ke Rp 15.685/US$ pada pukul 11:10 WIB.

Pada pagi dini hari, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memutuskan untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 bps dan mengerek naik tingkat suku bunga Fed menjadi 3,75%-4%. Posisi tersebut menjadi yang tertinggi sejak Januari 2008. Di sepanjang tahun ini, The Fed telah sangat agresif menaikkan suku bunga acuannya hingga 375 bps.

Dalam konferensi pers, Jerome Powell mengindikasikan bahwa Fed mungkin dapat menaikkan suku bunga lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya karena rilis data ekonomi yang dapat mengerek tingkat inflasi menjadi lebih tinggi dari sebelumnya.

“Namun, dalam menentukan laju kenaikan di masa depan dalam kisaran target, Komite akan mempertimbangkan pengetatan kumulatif kebijakan moneter, kelambatan yang mempengaruhi kebijakan moneter kegiatan ekonomi, inflasi, perkembangan ekonomi dan keuangan,” tutur Powell dikutip Reuters.

Di sisi lain, Powell mengindikasikan pesimisme mengenai masa depan, bahwa potensi pendaratan lunak berpeluang menjadi lebih kecil untuk terjadi.

“Kebijakan perlu lebih ketat dan itu mempersulit jalan menuju soft landing,” tutur Powell.

Hal tersebut dipicu oleh rilis data pekerjaan baru yang bertambah melebihi ekspektasi dan angka pengangguran turun dari 3,7% menjadi 3,5% pada September 2022, sehingga mengindikasikan pasar tenaga kerja yang kuat. Namun, di sisi lain, angka inflasi masih tinggi.

Analis terkemuka memprediksikan pesan hawkish dari Powell tersebut akan kembali menekan aset berisiko dan memperkuat dolar.

“Pesan hawkish yang kuat dari ketua Fed menuangkan air dingin pada ekspektasi pivot dovish premature. Ini akan semakin menguatkan ekspektasi divergensi kebijakan dengan Fed yang jauh lebih hawkish dibandingkan dengan bank sentral lain di seluruh dunia. Pengetatan lebih lanjut dari kondisi keuangan akan memberikan tekanan ke bawah pada aset berisiko dan memperkuat dolar,” kata Analis Citi pada Reuters.

Di Asia, mayoritas mata uang terkoreksi terhadap dolar AS, di mana Mata Uang Garuda melemah paling tajam. Disusul oleh yuan China dan rupee India yang masing-masing terkoreksi 0,21% dan 0,2%.

Sementara hanya tiga mata uang yang berhasil menguat yakni yen Jepang yang terapresiasi 0,44%. Sedangkan, dolar Taiwan dan dolar Singapura menguat yang masing-masing sebesar 0,26% dan 0,04%.

Sementara hanya tiga mata uang yang berhasil menguat yakni yen Jepang yang terapresiasi 0,44%. Sedangkan, dolar Taiwan dan dolar Singapura menguat yang masing-masing sebesar 0,26% dan 0,04%.

Baca Juga