KABAREKONOMI.ID – Bursa Asia-Pasifik dibuka terkoreksi pada perdagangan Kamis (3/11/2022), setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) kembali menaikkan suku bunga acuannya dini hari tadi.
Indeks Hang Seng Hong Kong dibuka ambles 1,68%, Shanghai Composite China melemah 0,59%, Straits Times Singapura terkoreksi 0,86%, ASX 200 Australia ambruk 2,15%, dan KOSPI Korea Selatan ambrol 1,69%.
Sementara untuk indeks Nikkei 225 Jepang pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur nasional memperingati Hari Kebudayaan.
Bursa Asia-Pasifik yang dibuka melemah terjadi setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) kembali menaikkan suku bunga acuannya dini hari tadi waktu Indonesia. Bursa saham AS, Wall Street juga ditutup terkoreksi pada perdagangan Rabu waktu AS.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup ambles 1,55%, S&P 500 ambruk 2,5%, dan Nasdaq Composite anjlok 3,36%.
The Fed kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin (bp) menjadi 3,7%%-4%, sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya.
Secara kumulatif, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 375 bp sepanjang tahun ini dimulai sejak Maret lalu.
Keputusan The Fed tersebut terjadi setelah rilis data pekerjaan yang kuat, dengan data penggajian swasta yang lebih baik dari perkiraan untuk Oktober lalu, mencerminkan pasar tenaga kerja yang tangguh.
Laporan JOLTS menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS masih tangguh meskipun The Fed secara agresif mengetatkan kebijakan moneter.
The Fed boleh saja masih agresif di November tahun ini. Namun, ada ekspektasi bahwa The Fed akan mulai melunak.
Selain kenaikan 75 bp yang sudah diperkirakan oleh pelaku pasar, press rilis The Fed juga mensinyalkan mulai menaikkan suku bunga acuan dengan magnitude yang lebih kecil ke depannya.
“Peningkatan berkelanjutan dalam kisaran target akan sesuai,” kata The Fed pada akhir pertemuan kebijakan dua hari terakhirnya.
“Dalam menentukan laju kenaikan di masa depan dalam kisaran target, Komite (Pasar Terbuka Federal) akan mempertimbangkan pengetatan kumulatif kebijakan moneter, kelambatan di mana kebijakan moneter mempengaruhi aktivitas ekonomi. dan inflasi, dan perkembangan ekonomi dan keuangan,” tambahnya.
Kalimat tersebutlah yang ditangkap oleh para pelaku pasar sebagai clue atau petunjuk bahwa The Fed akan mulai melunak.
Komentar dari para kolega The Fed dan Ketua The Fed, Jerome Powell akan memainkan peran kunci penentu arah pergerakan saham global dalam beberapa bulan ke depan.
“Kelanjutan reli akhir tahun bergantung pada Fed yang menyampaikan narasi pivot,” kata Emmanuel Cau, analis dari Barclays, dikutip dari CNBC International.
“Peak hawkishness mungkin memicu lebih banyak FOMO, tetapi jangan disamakan dengan dovish, karena bank sentral terus berjalan di garis yang bagus. Pemangkasan suku bunga telah menjadi prasyarat bagi ekuitas untuk memulai reli baru di masa lalu – tetapi kita belum sampai di sana.” Pungkasnya.