KABAREKONOMI.ID, JAKARTA – Nilai tukar rupiah tercatat mengalami pelemahan pada awal perdagangan Selasa (12/4/2022) di tengah penguatan indeks dolar AS.
Mengutip data Bloomberg, mata uang Garuda melemah tipis 0,02 persen atau 3,5 poin ke Rp14.365 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS menguat 0,16 persen ke 100,08.
Bersama rupiah, sejumlah mata uang di Asia juga mengalami pelemahan, di antaranya dolar Singapura melemah 0,05 persen, won Korea Selatan melemah 0,34 persen, dan dolar Taiwan melemah 0,26 persen.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, target 100 poin memang akan terjadi sementara konflik di Ukraina memanas. Di sisi lain, kenaikan suku bunga Bank Sentral AS turut membuat dolar AS mengalami penguatan.
“Kenaikan ini mengindikasikan bahwa kenaikan suku bunga dan konflik di Ukraina menentukan sekali terhadap penguatan indeks dolar. Apa lagi Putin saat ini sedang fokus melakukan konsolidasi dan akan merayakan kemenangan atas Ukraina, dan menguasai keseluruhan Ukraina,” jelasnya kepada Bisnis, Senin (11/4/2022).
Ibrahim menyebutkan, ada kemungkinan besar kalau selanjutnya Rusia melakukan invasi kembali terhadap Ukraina dan bisa menguasai Ibu Kotanya dan mengganti Presiden Ukraina, ada kemungkinan Dolar bisa menyentuh 105, level tertinggi.
“Level ini dianggap wajar karena saat bersamaan Bank Sentral Amerika bulan ini meningkatkan suku bunga 50 bps. Ini memang akan membawa kekhawatiran pada mata uang rupiah dan komoditas,” ungkapnya.
Namun, Ibrahim mengatakan meski akan mengalami pelemahan, rupiah tidak akan jatuh terlalu signifikan.
“Ini karena pertumbuhan ekonomi dalam negeri cukup bagus. Kemudian ada kegaduhan masalah perpanjangan Presiden kemudian tentang minyak goreng ini bisa dibantah oleh Presiden menjadikan pasar optimistis pemilu tetap 2024. Ini menahan laju pelemahan rupiah sehingga kalau melemah tidak terlalu signifikan,” ungkapnya.
Ibrahim menyebutkan, walaupun dolar AS mengalami penguatan di level 100 tidak serta merta membuat rupiah melemah tajam. Karena data ekonomi cukup bagus kecuali inflasi. Tapi wajar inflasi tinggi karena bersamaan dengan bulan Ramadan.
“Kenaikan harga juga bisa dipertahankan karena target pemerintah kan 3 persen untuk inflasi, tapi sekarang masih ada ruang. Ini membuat rupiah stabil. Kalau melemah ke 14.400 pun akan kembali lagi, karena BI dan pemerintah akan melakukan intervensi untuk mestabilkan rupiah,” ujarnya.
(catur/Bisnis)