KABAREKONOMI.ID, – Harga minyak mentah dunia meningkat meskipun bank sentral Amerika Serikat The Fed menaikkan suku bunga yang membuat risiko resesi semakin tinggi.
Pada perdagangan Rabu (2/11/2022) harga minyak mentah Brent tercatat US$95,5 per barel, naik 0,92% dibandingkan posisi sebelumnya. Sementara jenis West Texas Intermediate (WTI) melesat 1,84% ke US$90 per barel.
The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin ke 3,75% – 4% pada pertemuan yang berakhir dini hari waktu Indonesia. Kenaikan suku bunga diperkirakan akan masih berlanjut ke depan guna menurunkan inflasi ke target 2%.
Chairmain The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa terlalu dini untuk berpikir tentang mengakhiri kenaikan suku bunga.
Kenaikan suku bunga yang agresif dinilai oleh para pelaku pasar membuat risiko perlambatan ekonomi bahkan hingga resesi semakin tinggi. Jika hal itu terjadi, konsumsi minyak mentah dunia akan menyusut, harga pun mengikuti.
Lantas, apa yang membuat harga minyak mentah mampu melesat?
Minyak bertahan karena potensi pasokan energi global yang ketat. Stok minyak mentah Amerika Serikat, produsen utama dunia, turun sekitar 3,1 juta barel pada minggu ini. Sementara persediaan bensin hanya naik sedikit ketika permintaan diperkirakan akan meningkat.
” Pasti ada banyak fokus pada fundamental pasokan/permintaan dan inventaris yang kami lihat pada rilis (EIA) hari ini, dan tentang kapan sanksi Rusia dimulai,” kata Rebecca Babin, pedagang energi senior di CIBC Private Wealth US.
Di sisi lain embargo Uni Eropa terhadap minyak Rusia akan dimulai pada 5 Desember akan sekain membuat pasokan dunia ketat.
Produksi dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pun jatuh untuk Oktober. Ini merupakan pertama kalinya sejak Juni.